KEBERLANJUTAN SPORT TOURISM DARI MOTOGP MANDALIKA
Tourism for Us – Pertanyaan pasca MotoGP Mandalika 2022 usai digelar 18-20 Maret lalu adalah bagaimana event ini berkelanjutan dan sirkuit bertaraf internasional itu tidak terbengkalai. Event pertama menciptakan kesan. Ujian sebenarnya pada penyelenggaraan kedua dan ketiga. Apakah event yang sama dapat menarik pengunjung lebih banyak atau malah tidak menarik sama sekali.

Tidak ada yang meragukan Dorna Sports SL selaku promotor olahraga sepeda motor MotoGP. Raksasa promotor olahraga otomotif roda dua ini pemilik merek-merek balapan ternama dan paling berpengaruh di muka bumi. Penonton MotoGP Mandalika 2022 tidak menyesali balapannya. Diperkirakan, setengah dari penonton yang hadir di Lombok ialah penggemar setia MotoGP yang telah menonton di sirkuit-sirkuit di berbagai belahan dunia. Mereka tahu apa yang diharapkan dari menonton sebuah seri MotoGP.
Tetapi, hal kontradiktif terjadi terhadap venue Sirkuit Mandalika. Penonton tidak menangkap kesan sebuah sirkuit internasional. Setengah dari mereka hadir di MotoGP Malaysia. Extended roof yang dipasang di tribun sirkuit di Sepang membuat penonton menyaksikan balapan dengan nyaman baik saat cuaca cerah ataupun hujan. Sedangkan di Lombok, sebagian penonton memilih berteduh di kolong tribun. Karena bertahan di bangku penonton bukan pilihan yang aman untuk menghindari hujan dan petir.
Penonton balapan sudah tahu akan ada bagian di sirkuit yang mesti dilalui dengan berjalan kaki ketika menuju tribun. Mereka juga siap parkir kendaraannya tidak berada di dekat area penonton. Dengan papan-papan petunjuk yang cukup jumlahnya dan dipasang di titik-titik strategis dan mudah dilihat, ada shuttle di dalam venue yang cukup jumlahnya dan tepat waktu, zonasi dan alur kendaraan yang terencana dengan baik, serta petugas-petugas yang tegas dan sigap membantu mengarahkan, itu bisa membuat mereka tertib. Sayangnya, ini tidak tampak di perhelatan MotoGP Mandalika 2022.
MotoGP merupakan event olahraga high-end. Penonton MotoGP Mandalika pasti merasa shock mendapati diri mereka harus berdiri di atas lumpur untuk menunggu shuttle berjam-jam dan melewati genangan-genangan air menuju lapangan parkir. Ditambah lagi, kekacauan alur kendaraan di dalam venue hingga keluar ke jalan-jalan raya ketika puluhan ribu orang bergerak bersamaan.
Indonesia tidak kekurangan talenta lokal yang mampu mengatur alur kendaraan dan penonton di event-event olahraga yang mengumpulkan ribuan orang pada satu waktu. Dengan demikian, hal yang sama mestinya tidak berulang di event-event berikutnya di Sirkuit Mandalika.
Walaupun Lombok dikenal sebagai destinasi wisata sejak lama, pulau resor tetangga Bali itu memiliki aksesibilitas udara terbatas. Dengan frekuensi penerbangan berkurang selama pandemi COVID-19, calon penonton maupun operator tur/agen perjalanan yang mau menjual paket-paket MotoGP Mandalika sempat kesusahan mencari tiket pesawat (walaupun pada akhirnya frekuensi penerbangan ditambah). Calon penonton pada umumnya akan memilih transportasi udara daripada moda transportasi lainnya. Maka sedari awal hal ini sudah diperhitungkan. Hal tersebut sangat bisa sekali dikolaborasikan antara transportasi, operator tur, dan penyedia akomodasi sebagai gimmick pemasaran bersama destinasi dan event. Lombok sudah punya pengalaman bagaimana berkolaborasi dengan maskapai penerbangan dalam memasarkan destinasi sehingga itu mestinya bukan hal baru dan menjadi kendala.
Selain transportasi udara, aksesibilitas laut ke dan dari Lombok cukup baik. Hanya saja, kekurangan moda transportasi ini sangat bergantung pada kondisi perairan dan waktu tempuh yang lebih lama. Penyeberangan Bali (Padangbai) – Lombok (Lembar) dengan kapal cepat selama dua jam. Sedangkan penyeberangan dengan kapal feri selama empat jam. Akses jalan Padangbai bukan jalan raya besar. Selama periode perhelatan MotoGP Mandalika 2022, kendaraan mengantri antara lima sampai tujuh jam agar dapat menyeberang. Kendaraan yang mau menyeberang saat itu tentu bukan hanya membawa penonton MotoGP tetapi juga untuk berbagai keperluan lainnya. Hal tersebut sungguh tidak nyaman. Penonton tidak akan memilih pergi-pulang Mandalika, Lombok-Bali. Begitupun dengan akses laut ke tiga gili, Trawangan, Meno dan Air. Jadi berbagai skenario antisipasi sudah harus dirancang dan diujicobakan jauh hari sebelum event dilaksanakan.

Sport tourism is a business. Keberlanjutan event MotoGP di Lombok bergantung apakah secara bisnis menguntungkan atau tidak. Olahraga otomotif seperti MotoGP sarat konten high-end dan punya citra tinggi. Negara-negara yang menjadi tuan rumah perhelatan seri MotoGP menjadikannya mercusuar pemasaran destinasi karena nilai prestisenya. Di dalam ranah olahraga sebagai daya tarik wisata maka di situ ada hospitality dan travel trade bekerja. Dan digitalisasi sebagai alat boosting kinerja yang dilakukan oleh pelaku industri pariwisata.
Indonesia telah menandatangani perpanjangan kontrak dengan Dorna Sports dari lima tahun menjadi 10 tahun untuk menggelar MotoGP dan Superbike di Sirkuit Mandalika. Dengan perpanjangan kontrak maka kedua event balapan tersebut akan digelar di Sirkuit Mandalika setiap tahun hingga tahun 2031. MotoGP Mandalika bukan event satu kali selesai.
Inilah yang mesti dipahami pelaku bisnis lokal. Event MotoGP merupakan kesempatan memperoleh pemasukan multitahun bukan demi mendapat keuntungan sekali dan sesaat. Kenaikan harga-harga karena permintaan meningkat pasti terjadi di manapun untuk event apapun. Tetapi, jika kenaikannya terjadi secara tidak wajar, ditambah lagi dengan prakti-praktik yang kurang baik, malah menciptakan persepsi negatif di benak calon penonton maupun pelaku industri pariwisata dari luar Lombok bahkan sebelum event dimulai. Bagaimanapun, dalam komunitas travel trade ada etika-etika yang mesti dihormati, bukan?
Sport tourism is an attraction. Agar atraksi itu hidup maka butuh melibatkan dan bekerja sama lebih erat dengan para pelaku operator tur. Mereka ini yang menghidupkan suatu event olahraga dengan pengalaman (experience) selama berada di destinasi. Mereka juga yang mengisi slot penjual dan suppliers di berbagai platform online travel agent.
Contoh riil dan terdekat adalah MotoGP Malaysia. Sejak diumumkan secara resmi bahwa MotoGP Malaysia digelar kembali pada 21-24 Oktober 2022, setelah terhenti karena pandemi COVID-19, operator tur di Malaysia langsung mulai bergerak memasarkan event dan paket-paket perjalanannya dari sekarang. Dengan pemerintah Malaysia telah mengumumkan pembukaan perbatasan negara secara penuh bagi pejalan internasional mulai 1 April 2022, syarat-syarat perjalanan masuk ke Negeri Jiran dipermudah, mereka optimis penonton MotoGP akan datang lagi berbondong-bondong ke Sepang.
Keluhan-keluhan juga datang dari para operator tur/agen perjalanan dari berbagai daerah di Indonesia, selain keluhan-keluhan dari penonton. Operator tur/agen perjalanan dari luar itu mitra-mitra pelaku bisnis pariwisata lokal Lombok. Ada yang datang bersama klien, ada juga yang datang sendiri untuk merasakan pengalaman langsung.
Menurut pengakuan satu operator tur yang membawa grup wisatawan domestik sebanyak 64 orang dari Surabaya ke Lombok untuk nonton MotoGP Mandalika 2022, feedback yang didapat dari kliennya, mereka tidak mau lagi nonton MotoGP Indonesia selama dilaksanakan di Mandalika. Setengah dari kliennya terbiasa dengan kesiapan dan ketertiban menyaksikan MotoGP Malaysia di sirkuit Sepang.
Operator tur lain, dengan klien utamanya pasar wisatawan mancanegara berbahasa Spanyol (Spanish speaking), datang langsung menyaksikan MotoGP Mandalika 2022. Dia mengatakan tidak mungkin menjual paket kepada klien-kliennya dengan pengalaman yang diperolehnya. Dia menggambarkannya,’’99 percent nightmare, 1 percent benefit.’’
Antusiasme penggemar olahraga otomotif domestik terhadap penyelenggaraan MotoGP di Indonesia besar. Seorang penonton berkebangsaan Italia mengungkapkan, kalau lebih banyak penonton domestik hadir atmosfernya bisa menyaingi Mugello. Menurutnya, harga tiket perlu diturunkan agar terjangkau oleh penonton lokal (dikutip dari GridOto.com).
Pemangku kepentingan MotoGP Mandalika harus memahami dahulu siapa pangsa pasar penontonnya. Sehingga pendekatan pelayanannya disesuaikan. Ini perlu sebelum mendatangkan lebih banyak penonton, terutama dari luar negeri. Dengan relaksasi syarat perjalanan inbound ke Indonesia ke depannya, mendatangkan fans MotoGP dari luar negeri bukan hal mustahil.
Keberadaan sirkuit balap internasional dan telah diakui pula oleh badan yang menaungi olahraga otomotif dunia merupakan kesempatan untuk menggembleng talenta-talenta pebalap lokal. Untuk itu juga dibutuhkan dukungan dari komunitas-komunitas dan pabrikan-pabrikan otomotif yang berada di Indonesia.
Lesandri Adnan, seorang otomotif enthusiast, berpendapat, ‘’Bagaimana agar keberadaan Sirkuit Mandalika mendorong melahirkan bibit-bibit pebalap baru berprestasi. Talenta-talenta kita jangan tersia-sia, hanya kebut-kebutan di jalan. Angka kecelakaan roda dua masih tinggi dan paling tinggi di Indonesia.’’ Lesandri yang juga pengusaha operator transportasi darat melihat, Lombok cukup punya potensi mendukung Bali and Beyond terutama di antara dua destinasi super hot Bali dan Labuan Bajo.***(Yun Damayanti)

Good comment ?
Sebagai pengusaha akomodasi , Lomjok memang pas untuk mendukung Bali dan Komodo