MOMEN ABADI DI HOUSE OF TUGU, OLD TOWN JAKARTA YANG MENAKJUBKAN

Tourism for Us – Setelah bertahun-tahun penuh dedikasi dan kurasi yang cermat, House of Tugu, Old Town Jakarta kini telah membuka pintunya, mengundang para tamu ke dunia di mana sejarah, budaya, dan seni berpadu sempurna untuk menceritakan kisah-kisah Batavia kuno yang terlupakan. Properti luar biasa ini, terletak di jantung Kota Tua Jakarta yang bersejarah, menandai tonggak penting dalam misi Tugu Group untuk melestarikan dan memamerkan kekayaan warisan Indonesia.

Keistimewaannya terlihat mulai dari gerbang dengan rimbunan tanaman hijau yang menutupi fasad luar bangunan, menciptakan kesan mencolok di antara bangunan-bangunan tua yang tampak lusuh di Jalan Kali Besar Barat.

Lukisan raksasa bertema kehidupan komunitas Tionghoa di Batavia pada abad ke-18 menyambut tamu di pintu depan. Di ujung selasar sempit sebelah kanan, pintu kaca sensor otomatis terbuka. Tangga berlapis marmer membawa tamu menuju Lobby. Di dalamnya, pilar-pilar tinggi menopang langit-langit putih berornamen klasik. Kursi-kursi kayu berukir khas peranakan, cahaya redup dari lampu kristal gantung yang menerangi ruangan, lukisan potrait tua berukuran besar dan foto-foto lawas di dinding seolah menghentikan waktu dan membawa para tamu kembali ke masa lalu.

Raden Saleh Room, salah satu ruangan privat di House of Tugu, Old Town. Jakarta. (Foto: Yun Damayanti)

Di balik Lobby terdapat beberapa ruang pribadi yang bisa disewa oleh tamu. Berbeda dengan ruang pertemuan yang selama ini kita kenal, ruang privat ini menonjolkan keberanian diplomasi dalam suasana intim namun eksklusif.

Kasinem Room adalah ruang multifungsi yang dapat menampung sekitar 20 orang. Di belakangnya terdapat Raden Saleh Room dengan kapasitas 14 orang, yang dihiasi dengan furnitur dan barang-barang pribadi Sang Maestro, yang dirawat dengan baik oleh Raden Adjeng Kasinem, keponakan Raden Saleh. Sementara itu, di sebelah Raden Saleh Room, terdapat Soekarno Room yang mampu menampung 24 orang, dilengkapi dengan memorabilia dari Sang Proklamator yang disimpan oleh keluarga pemilik Tugu Group.

Ruang pertemuan terbesar di tempat ini adalah Harmonie Hall, sebuah ballroom yang mampu menampung hingga 100 tempat duduk. Ruangan ini didedikasikan untuk mengenang Societiet de Harmonie, yang lebih dikenal sebagai Gedung Harmoni, sebuah gedung multifungsi yang dibangun pada era kolonial Belanda sebagai lokasi berkumpul dan merayakan berbagai acara. Beberapa artefak bersejarah dari Gedung Harmoni yang masih terawat dengan baik dipamerkan di sini, menambah nilai historis dan estetika ruang ini.

House of Tugu, Old Town Jakarta dirancang untuk memberikan pengalaman menginap yang unik dan imersif bagi para tamu. Sebagai hotel butik bintang lima pertama di kawasan ini, juga menjadi hotel perdana dari Tugu Group di ibukota, menawarkan 25 suite yang luas, dengan ukuran mulai dari 48 hingga 80 meter persegi.

Setiap suite menawarkan pesona abadi dan keunikan tersendiri. Suite dirancang secara individual dengan cermat. Terinspirasi oleh tokoh-tokoh sejarah hingga kamar yang dihiasi dengan barang-barang antik pilihan, setiap elemen interior di dalamnya mencerminkan kekayaan warisan Peranakan Indonesia dan Jawa. Tamu yang menginap akan dibawa ke dalam perjalanan memikat menelusuri budaya Batavia yang semarak. Mereka pun bebas memilih suite yang selaras dengan eksplorasi pribadinya akan kekayaan sejarah Jakarta.

Tidak hanya sebagai tempat menginap, House of Tugu, Old Town Jakarta juga menjadi destinasi gastronomi baru di kawasan Kota Tua. Jajaghu Restaurant menawarkan 60 tempat duduk dan beroperasi dari pukul 12.00 hingga 23.00 untuk makan siang dan malam. Sementara itu, Babah Koffie memiliki kapasitas 80 orang dan buka sepanjang hari dari pukul 07.00 hingga 23.00, termasuk menjadi tempat sarapan bagi tamu hotel. Babah Koffie pun dapat diakses langsung dari jalan raya tanpa tamu harus memasuki area hotel.

Duduk di dalam Jajaghu Restaurant tidak hanya menikmati kuliner yang menyajikan perpaduan masakan Asia dan Barat, tetapi juga menawarkan perjalanan kuliner menarik yang melengkapi narasi budaya hotel.

Restoran ini menyimpan koleksi artefak langka, termasuk patung kayu besar Raja Kertanegara yang digambarkan sebagai Jokodolok, yang berakar pada tradisi Jain kuno India. Raja Kertanegara, penguasa terakhir kerajaan Singhasari, berperan penting dalam pembentukan kerajaan Majapahit, menambah kedalaman sejarah pada ruangan tersebut. Selain itu, patung Shinto Jepang dari abad ke-19 yang unik dari Kyoto, yang awalnya dibawa ke Jawa selama pendudukan Jepang, memperkaya ruang dengan kisah pertukaran budaya yang menarik. Kemudian, daun-daun berwarna putih keperakan yang menjadi bagian dari interior diawetkan dari pohon yang pernah ‘memakan’ bangunan tersebut.

Sementara itu, Babah Koffie menyajikan kopi terbaik yang dipadukan dengan hidangan yang terinspirasi dari Peranakan, menghormati budaya makanan lokal dalam suasana bergaya kolonial yang mengundang. Kopinya dibuat dari biji kopi terbaik yang diambil dari Perkebunan Kopi Kawisari di Jawa Timur yang merupakan bagian dari Tugu Group.

Kopi merupakan salah satu komoditas yang diperjualbelikan di Batavia. Kota ini pernah menjadi pusat perdagangan kopi Nusantara, seperti dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta dari Sumatera dan Sulawesi. Biji kopi kemudian diekspor ke berbagai negara.

House of Tugu, Old Town Jakarta telah dipersiapkan selama 15 tahun sebelum peluncuran perdana (soft opening) pada 7 November 2024. Mengingat usia bangunan, hanya 10% dari struktur asli yang dapat dipertahankan, sementara 90% lainnya mengalami restorasi berdasarkan catatan keluarga untuk memastikan kesamaan dengan bentuk aslinya. Bangunan ini merupakan warisan milik keluarga Oei Tiong Ham dan saat ini belum memiliki status sebagai Cagar Budaya.

Artefak yang dipamerkan merupakan bagian dari warisan keluarga dan koleksi pribadi yang terjaga dengan baik, serta menjadi simbol penting dalam narasi sejarah Kota Tua Jakarta saat ini.

House of Tugu, Old Town Jakarta bukan sekadar hotel mewah; melainkan museum hidup, perwujudan masa lalu Jakarta yang semarak. Visi di balik proyek warisan ini lahir dari hasrat mendalam untuk menghidupkan kembali kisah-kisah Batavia kuno—kisah para pedagang, bangsawan, dan komunitas yang berkembang pesat di sepanjang jalan-jalan berbatu dan kanal-kanal kota yang ramai.

Dari dekorasi Peranakan yang rumit hingga harta karun antik yang dikumpulkan dari generasi ke generasi, setiap elemen di properti ini mencerminkan sejarah Jakarta yang mengakar. Selain kamar dan suite mewahnya, properti ini juga memiliki Museum Peranakan Jakarta, yang memamerkan koleksi artefak dan karya seni bersejarah yang luar biasa, yang menyoroti keragaman budaya Batavia.

“Proyek yang memuaskan ini telah berjalan selama bertahun-tahun, penuh warna, dan tak terlupakan, didorong oleh dedikasi kami untuk mengungkap pesona tersembunyi Kota Tua Jakarta,” ujar Lucienne Anhar, Direktur Utama Tugu Hotels. “Meskipun ini adalah perjalanan yang tak akan pernah berakhir karena begitu banyak kisah yang tersisa untuk diungkap, petualangan sesungguhnya dimulai begitu kami membuka pintu. Kami tak sabar untuk berbagi pengalaman ini dengan dunia.”

Museum Peranakan Jakarta saat ini masih dalam tahap pembangunan dan belum resmi dibuka untuk umum. Begitu pula dengan Tiger Bar, yang juga masih dalam proses penyelesaian. ***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *