Tag: ADWI

KEMENPAREKRAF PERKUAT KOLABORASI TINGKATKAN ATRAKSI DAN AMENITAS DI DESTINASI WISATA

KEMENPAREKRAF PERKUAT KOLABORASI TINGKATKAN ATRAKSI DAN AMENITAS DI DESTINASI WISATA

Tourism for Us – Untuk meningkatkan atraksi dan amenitas di destinasi wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti P.T. Bank Central Asia Tbk. (BCA), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Grab. Nia Niscaya, Adyatama [more]

ADWI 2024 RESMI DILUNCURKAN DI DESA WISATA BUGISAN, KLATEN

ADWI 2024 RESMI DILUNCURKAN DI DESA WISATA BUGISAN, KLATEN

Tourism for Us – Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 tidak hanya fokus pada pemberian penghargaan tetapi juga memberikan pendampingan. Sehingga desa-desa wisata yang terpilih nanti dapat mengoptimalkan potensi, memperkuat tata kelola destinasi, dan memastikan keberlanjutan lingkungan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan [more]

4 DESA WISATA DI NTB TERIMA DPUP UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAYA TARIK DAN SDM

4 DESA WISATA DI NTB TERIMA DPUP UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAYA TARIK DAN SDM

Tourism for Us – Dalam memanfaatkan potensinya, desa-desa wisata menghadapi banyak masalah dan tantangan. Terutama bagaimana meningkatkan daya tarik wisata, memasarkannya, lalu mengolah sampah yang dihasilkan. Dan bagaimana agar produk-produk ekonomi kreatif yang dibuat oleh masyarakat lokal mampu membuat pengunjung tertarik untuk membelinya.

Menparekraf Sandiaga S.Uno (tengah) menyerahkan DPUP secara simbolis kepada empat desa wisata di NTB disaksikan oleh Wakil Walikota Mataram TGH. Mujiburrahman (ketiga dari kiri) dan sejumlah pejabat dari pemda di NTB dan Kemenparekraf serta perwakilan dari OJK dan Bank NTB Syariah. (Foto: Yun Damayanti)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyerahkan bantuan dana Dukungan Pengembangan Usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (DPUP) kepada empat  desa wisata di Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (14/10/2023), di Desa Wisata Taman Loang Baloq, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram. Bantuan ini merupakan program tindak lanjut dari Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2021 dan 2022.

Kriteria pemberian DPUP adalah bantuan diberikan kepada desa-desa pemenang ADWI sebelumnya; desa-desa wisata yang telah mengikuti rangkaian pendampingan dan pelatihan serta bantuan pemasaran; dan usaha-usaha pariwisata di desa wisata sudah berkembang.

Empat desa wisata di NTB yang mendapatkan DPUP tahun 2023 adalah Desa Wisata Sesaot, Kabupaten Lombok Barat; Desa Wisata Bonjeruk, Kabupaten Lombok Tengah; Desa Wisata Senaru, Kabupaten Lombok Utara; dan Desa Wisata Loang Baloq, Kota Mataram.

‘’Saya harap agar bantuan, baik dana dan pendampingan dalam literasi keuangan, ini bisa difokuskan pada peningkatan sumber daya manusia (SDM), peningkatan produk-produk ekonomi kreatif, peningkatan destinasi wisata sehingga kunjungan wisatawan itu lebih berkualitas dan lebih berkelanjutan,’’ ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno.

Penggunaan dana bantuan tersebut diawasi oleh badan usaha milik desa (BUMDes) bersama pemerintah kota/kabupaten dan pemerintah provinsi.

‘’Karena ini bentuknya dana pendukungan maka diharapkan dana ini akan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bsa membuka lapangan usaha dan lapangan kerja. Sehingga ekonomi di level yang paling ekonomi rakyat dengan ini akan dapat meningkat’’ kata Menparekraf Sandiaga.

Wakil Walikota Mataram TGH. Mujiburrahman menyampaikan, Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebuah kota yang tidak begitu luas. Panjang pantainya hanya 9 kilometer. Dengan terpilihnya Desa Wisata Loang Baloq di ajang ADWI, kelengkapan fasilitas untuk pengunjung dan kualitas SDM di sana akan ditingkatkan.  

‘’Dengan bantuan tadi, kebutuhan-kebutuhan yang memang sangat bisa menarik minat pengunjung datang akan dipenuhi, lebih dilengkapi. Selain meningkatkan kualitas kepariwisataannya, dengan dana tersebut juga bisa meningkatkan kualitas SDM pengelolanya, pokdarwisnya,’’ kata Wakil Walikota Mataram.  

Dalam hal pendampingan literasi keuangan, Kemenparekraf menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank NTB Syariah. Karena banyak para UMKM membutuhkan literasi keuangan dan tambahan permodalan. Apalagi bila ada penjualan yang meningkat, mereka juga membutuhkan pelatihan dan pendampingan.

OJK memberikan materi literasi keuangan terkait ‘’Waspada Investasi dan Pinjaman Online Ilegal dan Pengenalan Produk Layanan Jasa Keuangan’’. Kemudian, OJK memberikan materi ’’Perencanaan dan Pencatatan Keuangan bagi UMKM dan Simulasi pencatatan Transaksi Keuangan menggunakan aplikasi SIAPIK’’. Sedangkan dari Bank NTB Syariah memberikan materi ‘’Pencatatan dan Pengelolaan Keuangan Mikro’’.

Peserta yang mengikuti literasi keuangan ialah para perwakilan dari empat desa wisata yang memperoleh DPUP.

Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf Anggara Hayun Anujuprana mengatakan, program peningkatan literasi keuangan yang dihadirkan Kemenaparekraf diharapkan dapat memperkuat manfaat dari bantuan dana DPUP. Pelaku usaha dapat merencanakan dan mencatat keuangan usaha dengan lebih baik sehingga usahanya siap untuk dipertemukan dan mendapatkan permodalan dari lembaga keuangan baik perbankan maupun non-perbankan.***(Yun Damayanti) 

DESA ASTANA, DARI SITUS KOMPLEKS PEMAKAMAN HINGGA JADI DESA WISATA

DESA ASTANA, DARI SITUS KOMPLEKS PEMAKAMAN HINGGA JADI DESA WISATA

Tourism for Us – Desa Astana di Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon adalah salah satu desa yang hidup dari wisata ziarah. Ada dua kompleks pemakaman besar di Desa Astana yaitu kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati di Bukit Sembung dan kompleks pemakaman Syekh Maulana Dzatul Kahfi [more]

CIREBON INGIN MEMPERKUAT IDENTITAS SEBAGAI DESTINASI WISATA RELIGI

CIREBON INGIN MEMPERKUAT IDENTITAS SEBAGAI DESTINASI WISATA RELIGI

Tourism for Us – Cirebon sebagai destinasi wisata religi sudah berlangsung lama dan sangat dikenal terutama di  kalangan wisatawan domestik. Kota ini juga merupakan salah satu destinasi utama dalam rute ziarah Wali Songo. Keberadaan makam Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam pada awal masuknya [more]

PESONA BUDAYA DAYAK TOMUN DI DESA RIAM TINGGI, LAMANDAU

PESONA BUDAYA DAYAK TOMUN DI DESA RIAM TINGGI, LAMANDAU

Tourism for Us – Pelayanan dan sikap warga Desa Riam Tinggi membuat setiap wisatawan yang datang betah. Mereka merasa menjadi bagian dari kampung Dayak Tomun walaupun hanya tinggal sesaat. Hospitality warga di salah satu desa wisata di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, ini telah diakui baik oleh wisatawan mancanegara, wisatawan domestik maupun para operator tur/agen perjalanan.

Ritual potong garung pantan yakni prosesi membuka gerbang sebelum memasuki Desa Riam Tinggi. (Foto: Gogo/Dewi Riam Tinggi)

Pengalaman wisatawan sudah dimulai sejak tiba di pintu desa. Upacara menyambut tamu merupakan salah satu ritual penting dalam relasi sosial masyarakat Nusantara. Di situ ada adab saling menghormati antara tamu dan tuan rumah, pun doa-doa keselamatan dipanjatkan. Namun, ada hal menarik dari masyarakat Dayak Tomun di Riam Tinggi.

Sama seperti di desa-desa lain yang masih memegang teguh adat-istiadat, wisatawan yang datang akan disambut dengan ritual-ritual penyambutan tamu. Di Riam Tinggi, pertama, wisatawan mengikuti ritual potong garung pantan yakni prosesi membuka gerbang sebelum memasuki desa. Pintu gerbang terdiri dari tiga batang kayu garung dalam posisi memalangi. Palang kayu itu dihias sedemikian rupa.

Tetua kampung akan menyodorkan minuman tradisional selamat datang. Setelah meminumnya, wisatawan memotong ketiga batang kayu garung. Baru kemudian mereka diizinkan masuk.

Kemudian, di rumah yang menjadi tempat homestay, wisatawan mengikuti ritual penyambutan kedua yaitu bonoik bonaki. Dalam ritual ini, tuan rumah menyiapkan beberapa sajian termasuk minuman tradisional. Ritual itu bertujuan untuk mendoakan keselamatan dan kesehatan tamu yang baru pertama kali datang ke Desa Wisata Riam Tinggi. Sehingga ketika mereka kembali pulang tidak akan kekurangan segala sesuatu. 

Lalu ritual dilanjutkan dengan bagondang. Pada ritual ini tuan rumah memimpin tamu menari diiringi musik tradisional. Anggota keluarga tuan rumah juga ikut menari bersama. Ritual itu berakhir dengan ramah-tamah yang mendekatkan tamu dengan anggota keluarga tuan rumah dan warga yang ikut hadir.

Minuman tradisional yang disajikan pada ritual potong garung pantan maupun bonoik bonaki berupa tuak (rice wine). Bagi tamu muslim tidak dipaksakan untuk meminumnya. Walaupun demikian, tetua kampung dan tuan rumah tetap akan memperkenalkan tempat khusus minuman tradisional yang digunakan dan bagaimana sub suku Dayak Tomun melakukan ritual minumnya.

‘’Kami tidak akan memaksakan jika tamu tidak bisa mengkonsumsi tuak. Biasanya cuma diminta memegang tempat tuak yang disuguhkan. Tidak bisa minum tuak tidak akan merusak acara adat yang berlangsung. Kami sudah memahami apapun keadaan tamu. Yang penting mereka enjoy, menikmati jalannya acara adat,’’ ujar Gogo, seorang warga Desa Riam Tinggi menerangkan. Dia juga salah seorang anggota kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa yang didaulat sebagai juru marketing.

Tamu akan tidur di salah satu kamar yang telah disiapkan tuan rumah. Kamarnya bersih dan ditata rapi sehingga nyaman. Ada wisatawan asing yang memuji, dia mendapat kamar yang dilengkapi kamar mandi dengan kloset duduk.

Pada pagi hari, wisatawan sarapan bersama tuan rumah di teras. Menunya makanan tradisional: ada nasi, telur, dan buah-buahan.

Setelah sarapan, wisatawan diajak walking tour keliling kampung. Warga desa yang menjadi pemandu lokal akan bercerita mengenai kampung beserta sejarahnya. 

Selain mendengarkan cerita selama keliling kampung, wisatawan diajak menyinggahi beberapa tempat. Persinggahan pertama adalah sebuah altar tersembunyi pada sebuah pohon di pinggir sungai. Altar itu merupakan tempat menaruh gerabah-gerabah yang berisi kerangka pendiri desa dan ibunya. Warga desa melakukan ritual persembahan terpentingnya di situ.

Persinggahan kedua adalah rumah panjang tua di atas bukit. Rumah ini difungsikan sebagai tempat menyimpan topeng-topeng seremonial desa. Wisatawan dapat masuk dan melihatnya. Bahkan tamu diizinkan untuk mengenakan topeng. Dan jangan kaget bila pemandu lokal mendadak menarikan tari-tarian.

‘’Iya. Itu rumah khusus. Bisa juga disebut museum topeng dayak. Tamu boleh masuk dan mencoba topeng karena memang tujuannya untuk memperkenalkan topeng asli Dayak,’’ kata Gogo melanjutkan.

Bagi wisatawan yang ingin berkegiatan lebih aktif bisa mengikuti jungle trekking atau berarung jeram di Sungai Delang. Untuk kegiatan trekking, Desa Riam Tinggi punya tempat tertinggi di Bukit Lubang Kilat di Dusun Bingal.

Sebelum mencapai bukit, wisatawan mesti meniti sebuah jembatan gantung yang telah dicat warna pelangi. Warga telah membangun dek panorama di atas bukit. Wisatawan bisa menikmati hamparan hutan hujan tropis dari sana. Waktu terbaiknya saat matahari terbit. 

Ada juga aktifitas-aktifitas lain yang lebih ringan. Wisatawan bisa ikut anggota keluarga tuan rumah ke ladang dan membantu mereka bercocok tanam atau memetik hasil panen. Atau, tetap berada di rumah sambil belajar memasak kuliner tradisional seperti pulut lomang, nasi putut dan wadai sango, serta belajar menganyam.

Suku Dayak ialah pemburu ulung. Mereka berburu menggunakan sumpit. Wisatawan tidak perlu ikut berburu ke dalam hutan tetapi bisa belajar menyumpit di pekarangan rumah.

Di desa ada dua festival penting yakni Festival Balayah Lanting dan upacara adat Babantan Laman. Bila pas waktunya, wisatawan bisa melihat upacara Babantan Laman yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 7 bulan 7.

Desa Riam Tinggi kian hari semakin berkembang. Desa ini sudah punya area parkir, balai pertemuan, kamar mandi umum, kios suvenir hingga area yang dilengkapi WiFi dan tempat-tempat swafoto.

Akses ganda

Desa Riam Tinggi berada di lintas Trans Kalimantan. Posisinya berada di perbatasan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Desa ini bisa diakses dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, juga bisa dari Pontianak, ibukota Provinsi Kalimantan Barat.

Dari Bandara Iskandar di Pangkalan Bun sampai ke Desa Riam Tinggi dapat dicapai dengan perjalanan darat selama empat jam. Dari Nanga Bulik, ibukota Kabupaten Lamandau, desa ini berjarak dua jam perjalanan darat.

Dari Pontianak, wisatawan dapat naik bis DAMRI rute Pontianak-Pangkalan Bun. Petunjuk menuju lokasi desa telah dipasang di pinggir jalan Trans Kalimantan sehingga memudahkan wisatawan.

‘’Jalan darat Trans Kalimantan ke Riam Tinggi bagus, kok. Kampung itu berbatasan dengan Kalimantan Barat. Malah ongkosnya lebih murah dari Pontianak. Naik bis DAMRI,’’ kata Bachriansyah, salah seorang operator tur berbasis di Pangkalan Bun.  

Pemandangan dari dek panorama di Bukit Lubang Kilat. [Foto; Gogo/Dewi Riam Tinggi]

Cerita sukses Riam Tinggi

Tidak pernah terlintas dalam pikiran warga Desa Riam Tinggi bahwa desanya akan menjadi desa wisata. Semua berawal ketika suatu hari di penghujung tahun 2017 ada satu perusahaan operator tur mengirimkan lima wisatawan asing ke desa itu. 

‘’Jujur. Kami bingung mau diapakan tamu ini pada waktu itu. Kami tidak tahu bagaimana cara melayani tamu. Dengan pengetahuan terbatas, kami sambut mereka dengan acara adat dan melihat keindahan yang ada di Riam Tinggi,’’ tutur Gogo mengingat kembali hari bersejarah itu.

Memang, lanjutnya, sekitar satu minggu sebelumnya desa menerima kunjungan pengenalan perjalanan (familiarization trip/famtrip) yang diikuti beberapa operator tur yang ada di Pangkalan Bun. Famtrip ini untuk mengeksplorasi Desa Riam Tinggi. Melalui famtrip itu peserta menilai apakah desa tersebut sudah layak dijual atau belum.

‘’Rupanya, tamu itu senang dan suka berada di Riam Tinggi. Ketika pulang, mereka menyampaikan respon yang bagus kepada operator tur yang membawanya,’’ tambahnya.  

Sejak itu, wisatawan demi wisatawan berdatangan ke Riam Tinggi. Warga mulai tahu, kalau ada tamu pasti mereka akan kebagian uang dari paket tamu yang datang. Lama-lama mereka paham bahwa pariwisata banyak manfaatnya.

Ada yang mulai berjualan makanan dan minuman. Ada yang berjualan cendera mata dengan menawarkan hasil kerajinan tangan yang dibuat sehari-hari. Sekarang, cendera matanya berkembang tidak hanya berupa produk anyaman tetapi juga hasil bumi yang diproduksi di kampung seperti beras dari ladang, kopi dan makanan ringan.

Didampingi oleh operator tur yang membawa wisatawan-wisatawan ke desa, warga semakin semangat untuk menjaga adat istiadat, tradisi dan kearifan lokal. Pelan-pelan warga mengerti dan paham yang dinamakan wisata. Sekarang, mereka malah sudah terbiasa dengan wisatawan-wisatawan asing dan menganggap tamu-tamu itu bagian dari orang kampung Riam Tinggi

‘’Kami masih memegang teguh menjaga hutan alam dan sebagainya. Warga sudah mengerti batasan-batasan yang bisa dilakukan agar tidak merusak hutan. Yang jelas, sampai hari ini, kami masih memegang teguh adat istiadat yang telah diturunkan dari leluhur dan bisa ditampilkan kapan saja dan di mana saja. Kalau tidak didukung oleh warga, tidak mungkin kami berjalan sampai sekarang,’’ kata Gogo.

Alhasil, semakin banyak operator tur yang mempercayakan tamunya dikirim ke Riam Tinggi. Dan itu masih berjalan sampai hari ini.

Transformasi Riam Tinggi jadi desa wisata

Pada tahun 2015, Bupati Lamandau saat itu mengeluarkan sebuah surat keputusan (SK). Isinya, menetapkan Kecamatan Delang menjadi tujuan wisata adat dan budaya. Tetapi, penetapan itu tidak langsung direspon oleh desa-desa di Kecamatan Delang, termasuk Desa Riam Tinggi. Karena warga tidak tahu apa itu desa wisata dan apa itu pariwisata.

Riam Tinggi menjadi desa wisata sekitar pertengahan tahun 2017. Pada tahun yang sama ada famtrip. Pesertanya beberapa operator tur yang ada di Pangkalan Bun yang biasa beroperasi di kawasan Tanjung Puting. Famtrip tersebut mencari data apakah Riam Tinggi bisa atau layak dijual atau tidak. Sekitar satu minggu kemudian, ada operator tur yang langsung mengirimkan tamunya.

Semenjak kedatangan wisatawan mancanegara pertama itu, warga desa, khususnya generasi muda, aktif mencari-cari dan bertanya-tanya kepada orang-orang yang memang paham industri pariwisata. Para operator tur diakui sangat membantu Riam Tinggi berkembang menjadi desa wisata. Hingga akhirnya dibentuk pokdarwis pada tahun 2018. Dan kerja sama antara desa dan operator tur masih berlanjut sampai sekarang.

‘’Mereka selalu memberikan masukan, saran, dan itu kami pahami. Kami terapkan sampai sekarang. Di samping, tentunya, mereka akan terus mengirim tamu-tamunya,’’ pungkas Gogo.

Bupati Lamandau telah mengeluarkan SK baru pada tahun 2022. Kali ini isinya, menetapkan Riam Tinggi sebagai desa wisata berkembang.

Pokdarwis Desa Wisata Riam Tinggi juga aktif ikut berbagai ajang penghargaan pariwisata. Di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), desa ini masuk Top 300 pada keikutsertaan tahun 2021 dan masuk jajaran Top 100 desa wisata pada 2022. Selain itu, Desa Riam Tinggi sudah masuk dalam jejaring desa wisata (jadesta).

Desa Riam Tinggi telah memenangkan banyak hati wisatawan dengan pesona budaya Dayak Tomunnya. Dan tidak kalah penting, mereka pun berupaya menjaga kepercayaan para operator tur dan tidak pernah berhenti bertanya dan belajar.***(Yun Damayanti)