Tag: outdoor tourism

INDOFEST INGIN HADIRKAN LEBIH BANYAK SHOWCASE PENGALAMAN OUTDOOR DI INDONESIA TAHUN DEPAN

INDOFEST INGIN HADIRKAN LEBIH BANYAK SHOWCASE PENGALAMAN OUTDOOR DI INDONESIA TAHUN DEPAN

Tourism for Us – Indonesia Outdoor Festival (INDOFEST) 2022 sukses menggaet total 44.951 pengunjung selama empat hari. Event tahunan yang diusung sebagai ‘Lebarannya Anak Outdoor’ telah berlangsung pada 1-4 September 2022 di Hall B Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta. Menurut catatan panitia, pengunjung tidak hanya [more]

TOURISM TALKS CLUB HADIR KEMBALI BAGI PARIWISATA INDONESIA

TOURISM TALKS CLUB HADIR KEMBALI BAGI PARIWISATA INDONESIA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, The J-Team dapat menghadirkan kembali Tourism Talks Club bagi pariwisata Indonesia. Setelah vakum selama dua tahun, kami kembali lagi dengan pemahaman lebih mendalam mengenai industri pariwisata Indonesia dan semangat baru berkolaborasi bersama seluruh pemangku kepentingan pariwisata. Consina bersama [more]

TREN DAN PERKEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA OUTDOOR INDONESIA

TREN DAN PERKEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA OUTDOOR INDONESIA

Tourism for Us – Pandemi COVID-19 memicu penularan banyak kegiatan outdoor (luar ruang) di Indonesia. Konten-konten outdoor yang diusahakan oleh pegiat, komunitas maupun pebisnis outdoor dapat dijadikan materi atau program di dalam paket-paket wisata outdoor. Oleh karena itu diperlukan kolaborasi dan kemitraan antar pemangku kepentingan. Operator tur/agen perjalanan dapat berkreasi dengan konten-konten outdoor. Karena pada dasarnya produk pariwisata tidak bisa berdiri sendiri. Ini juga merupakan peluang baru di tahun 2023.

Disyon Toba, CEO Consina, menggambarkan, kegiatan outdoor di Indonesia seperti gunung di bawah laut. Hanya ujung puncaknya yang terlihat. Dalam 20 tahun terakhir, wisatawan Nusantara (wisnus) mulai ikut menikmati berkegiatan aktif di luar ruang. Komunitas-komunitas pegiat aktivitas outdoor berkembang pesat di lingkungan perkantoran, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Mereka akan melewatkan waktu bersama-sama untuk berlari, bersepeda, menyelam ke berbagai destinasi di Indonesia.

Seiring dengan keinginan orang Indonesia berkegiatan di luar ruangan, mau aktif beraktivitas ketika berwisata, operator-operator wisata petualangan dan outdoor experience tumbuh. Perlahan tapi pasti, operator-operator mulai menyadari untuk mengutamakan keselamatan (safety) dan menjaga keberlanjutan alam dan lingkungan di sekitarnya (sustainability). Karena selama ini (sampai dengan sebelum pandemi COVID-19 melanda), pariwisata outdoor Indonesia lebih banyak diminati dan dinikmati oleh wisatawan mancanegara (wisman).

‘’Operator tur yang menangani paket-paket outdoor seperti hiking, camping dan lain-lain belum banyak. Hal ini dikarenakan, pasar domestik banyak berhubungan langsung dengan operator aktivitas outdoor. Selain itu, kreatifitas operator tur membuat paket outdoor experience. Dan permintaan atau minat wisatawan domestik terhadap paket-paket outdoor experience belum berkembang,’’ tutur Priadi.

Berkemah di Tepi Buyan Campfire bisa jadi pilihan alternatif aktifitas wisata di Bali utara.(Foto: Tepi Buyan Campfire)

Camping yuuk

Kegiatan outdoor yang sedang tren adalah camping (berkemah) dan campervan. Peminatnya paling banyak wisatawan umum bukan pecinta outdoor. Kegiatan ini banyak dilakukan oleh keluarga-keluarga baru di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang baru mengenal kegiatan outdoor.

Sedangkan tren campervan belum terjadi di seluruh Indonesia. Campervan paling banyak dilakukan di Pulau Jawa, terutama di Jawa Barat. Di daerah-daerah lain, berkemah dengan campvervan masih banyak dilakukan oleh para pecinta kegiatan outdoor. Selain itu, touring dengan motor, membawa perlengkapan berkemah, juga mulai berkembang. Walaupun mereka tidak menyebutnya sebagai campervaning tetapi konsep aktivitasnya tidak terlalu berbeda.

Tren campervan baru berlangsung selama setahun terakhir, dibandingkan dengan kegiatan outdoor untuk wisata yang diperkirakan sudah dimulai sejak 1985. Camping dan Campervan bisa diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Sehingga pelaku industri pariwisata outdoor yakin tren ini masih dapat terus berkembang pada tahun-tahun mendatang.

Ekonomi pariwisata outdoor merembes hingga akar rumput

Produk outdoor paling laku selama pandemi adalah tenda untuk berkemah. Pembelinya bukan orang-orang yang mau naik gunung atau hiking/trekking tetapi mereka yang mau campervan. Hampir setiap bulan impor tenda masuk, paling banyak dari Cina. Satu kontainer berisi tenda habis dalam hanya beberapa minggu. Pembeli produk outdoor sekarang tidak terbatas pada pelaku aktivitas outdoor tetapi banyak dari kalangan umum.

Sejalan dengan trentersebut, usaha camp ground pun bersemi. Mulai dari camp ground skala modal kecil dengan tanah seluas 500 meter persegi hingga pebisnis dengan modal besar yang melengkapi camp ground dengan berbagai fasilitas. Bisnis camp ground juga melihat pasar yang hendak dibidik.

Fasilitas utama yang harus ada di camp ground adalah MCK (toilet, kamar mandi) dengan standar kebersihan yang terjaga. Selain itu, pengelola bisa mengusahakan menyediakan alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti sikat gigi, handuk dan lain-lain. Di luar negeri, pengelola akan membuka toko-toko kecil seperti toko swalayan mini di kawasan camp ground. Sehingga campers bisa berbelanja kebutuhan yang kurang selama camping.

Selain tenda dan perlengkapan camping yang sedang hit saat ini, atribut-atribut outdoor semakin menjadi bagian dari gaya hidup orang Indonesia. Di antaranya, pakaian outdoor pun sekarang menjadi seragam kantor, seragam komunitas. Kemudian, penggunaan material pakaian quick-dry, handuk fiber untuk keperluan sehari-hari. Dahulu itu semua dipakai oleh kalangan tertentu saat melakukan berbagai aktivitas outdoor seperti naik gunung.

Produk outdoor di Indonesia mulai berkembang sejak 1985. Dimulai dari satu merek lokal di Bandung. Dalam kurun waktu 37 tahun, saat ini ada 50 merek produk outdoor dalam negeri baik yang berskala nasional maupun lokal. Menurut asosiasi pemilik toko outdoor, Indonesia Adventure Store Association (IASA), mencatat, 133 pemilik toko terdaftar dalam asosiasi ini.  Dan diperkirakan ada lebih dari 500 toko di seluruh Indonesia.

Produk outdoor yang beredar di Indonesia 70 persennya buatan dalam negeri. Produk dibuat oleh merek-merek nasional maupun merek-merek lokal. Sisanya 30 persen merupakan produk impor dan nyaris 99 persen dari produk impor itu buatan Cina. Fenomena menarik terjadi dalam industri produk outdoor. Merek-merek lokal telah dikembangkan oleh usaha-usaha lokal dan digunakan sendiri oleh konsumen lokal di satu provinsi atau kabupaten/kota.

Fungsi barang adalah fitur utama yang dicari ketika membeli produk outdoor. Kemudian harga produk yang terjangkau. Produk outdoor buatan Indonesia disukai karena dirancang untuk kenyamanan saat dipakai beraktivitas; mudah kering (quick dry) karena di sini lembab, panas sehingga mudah berkeringat, dan curah hujan tinggi; kuat atau tidak mudah rusak ketika pemakaian normal; dan fungsional.

Namun, produsen outdoor gears & equipments dalam negeri harus menghadapi kesulitan memperoleh bahan baku untuk produksi. Sementara, produk-produk luar negeri bisa langsung membuka toko-tokonya di Indonesia dan marketplace yang membuat barang dari luar negeri lebih mudah masuk.

‘’Beberapa pengusaha dalam negeri sudah menggunakan bahan-bahan lokal. Tapi ternyata, biayanya jadi lebih mahal. Contoh, fiberglass atau alumunium bahan untuk membuat frame tenda. Harganya lebih mahal di Indonesia. Maka ada yang sepenuhnya mengimpor frame. Selain itu, untuk memproduksi tenda butuh lahan sangat luas. Bagaimanapun, sudah banyak produk outdoor dibuat di dalam negeri. Ada sleeping bag, matras, tas punggung (ransel), topi, celana, jaket dan lain-lain,’’ ujar Disyon.

Peluang-peluang turunan dari pariwisata outdoor banyak yang belum digali. Skala bisnis pariwisata outdoor, termasuk produk outdoor, mulai dari nol atau UKM atau bermodal kecil hingga pebisnis dengan modal besar dan profesional. Dan dua-duanya dapat berjalan berdampingan. Rantai penjualannya pun menggerakan perekonomian sampai ke pelosok-pelosok.

Berarung jeram di Sungai Citarik,Sukabumi. [Foto Birkompublik Kemenparekraf]

Pengembangan pariwisata outdoor secara holistik

Kegiatan outdoor pasti berbahaya. Dalam pariwisata outdoor, bagaimana resiko bahaya tersebut diminimalisasi dengan standar operasional (SOP), meningkatkan keterampilan (skill) pelaku operatornya, dan penggunaan teknologi yang tepat.

Tren perkembangan wisata outdoor diharapkan tidak dibarengi dengan kenaikan tren pencemaran lingkungan, malah diharapkan bisa turun. Pariwisata outdoor berkaitan erat dengan keberlanjutan. Artinya, wisata outdoor yang dinikmati saat ini bisa dinikmati hingga anak cucu. Berkelanjutan berarti tidak ada batas waktu. Jadi wisatawan/pelancong tidak hanya sekali saja datang ke situ.

Kreativitas mengembangkan pariwisata outdoor beserta industri yang menyertainya sudah berjalan di masyarakat/komunitas dan para pelaku usaha. Bagaimanapun, ruang untuk berkreasi itu juga perlu diatur dengan seperangkat regulasi dan sinkronisasi koordinasi. Di sini peran pemerintah selaku regulator dan penengah (antara masyarakat/komunitas dengan pelaku usaha) dibutuhkan. Pelaku usaha punya bujet pemasaran dan promosi. Namun, untuk mempromosikan pariwisata outdoor dalam skala lebih besar juga membutuhkan peran dan dukungan nyata dari pemerintah.

Pariwisata outdoor mesti dikembangkan secara holistik antara pegiat outdoor, pelaku industri pariwisata, antar-asosiasi, dan pelaku bisnis terkait lainnya dengan pemerintah. Pelaku industri pariwisata outdoor mengharapkan respon aktif dari pemerintah sebagaimana pemerintah merespon event MotoGP. Karena kegiatan outdoor di Indonesia sangat berguna bagi masa depan bangsa baik di sisi menjaga keberlanjutan alam dan lingkungan maupun di sisi pembentukan karakter manusia.

Pariwisata outdoor untuk masa depan Indonesia

Wisata outdoor menekankan pada individu berada di luar ruangan lebih lama, berkegiatan aktif di alam, dan berinteraksi sosial tanpa medium. Terutama bagi anak-anak dan remaja, ketiga hal itu diperlukan untuk menekan ketergantungan (addicted) pada gawai di era Internet of Things (IoT). Kegiatan fisik diperlukan dalam pertumbuhan jasmaninya, membangun karakternya dan menghindari sikap anti-sosial. Bahkan individu dewasa juga membutuhkan ketiga hal tersebut agar tetap bisa menjadi manusia seutuhnya.

Banyak orangtua sudah merasakan manfaat berkegiatan aktif dalam wisata outdoor untuk mengalihkan perhatian anak-anaknya dan mengurangi ketergantungan terhadap gawai. Orangtua menganggap kegiatan wisata outdoor sebagai salah satu solusi menghindarkan anak-anaknya dari sikap anti-sosial.

Sis Haryadi, salah seorang pengurus DPP Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA), mengungkapkan, banyak pelaku wisata outdoor bukan dari kalangan pecinta alam tetapi dari kalangan orang tua yang khawatir anaknya menjadi anti-sosial. Para orangtua itu tidak punya jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut. IATTA  mengundang pemangku kepentingan pariwisata lainnya berkolaborasi menghadirkan kegiatan-kegiatan wisata outdoor yang interaktif untuk menyelamatkan anak-anak dan remaja generasi penerus bangsa Indonesia.

‘’Di era yang baru ini, masyarakat semakin melek outdoor. Saatnya pemerintah melihat industri pariwisata outdoor di Indonesia lebih dalam,’’ pungkas Disyon.***(Yun Damayanti)