PEMERINTAH TARGETKAN PENINGKATAN JUMLAH AKOMODASI HINGGA 30 PERSEN DI MANDALIKA, LOMBOK, TAHUN DEPAN

Tourism for Us – Pemerintah menargetkan jumlah akomodasi di destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), dapat meningkat 20 hingga 30 persen tahun depan. Saat ini, jumlah kamar yang tersedia di kawasan Mandalika sebanyak 2000 kamar.

Menparekraf Sandiaga S.Uno (kanan) bersama Deputi Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini (kiri) didampingi Maulidin, pengelola Homestay Sasak Lombok Bungalow, (tengah) melihat langsung kondisi kamar homestay. (Foto: Yun Damayanti)

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno saat meninjau sejumlah homestay di kawasan Mandalika, Minggu (15/10/2023), mengatakan, dari peningkatan 20 sampai 30 persen akomodasi itu bukan hanya resor-resor besar tetapi juga akomodasi villa dan homestay di desa-desa wisata.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) akan mendukung berbagai hal yang dibutuhkan. Mulai dari peningkatan infrastruktur hingga akses pembiayaan. Terkait pembiayaan, itu akan menyasar pada konsep pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, Kemenparekraf juga akan mendorong lebih banyak lagi penyelenggaraan event di DPSP Mandalika. Baik event berbasis wisata olahraga, budaya dan lainnya.

Seorang wisatawan nusantara dari Gresik, Jawa Timur, yang datang ke Lombok khusus untuk menonton Pertamina Grand Prix of Indonesia (MotoGP Indonesia/GP Mandalika), mengakui, puas dengan pelayanan yang diberikan oleh warga. Dia menginap di Homestay Sasak Lombok Bungalow, Kampung Homestay, Dusun Rangkap 1, Kuta, Lombok Tengah.

Menurutnya, pelayanan dari warga tidak diragukan lagi. Tinggal meningkatkan infrastruktur jalan. Selain itu, pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat lokal bisa lebih diintensifkan.

Satu catatan lagi yang perlu diperhatikan adalah komunikasi pemasaran homestay. Warga lokal pemilik/pengelola homestay perlu memahami istilah ‘kamar’ dalam industri akomodasi (hospitality). Agar pada saat menawarkan kamar sesuai dengan ekspetasi wisatawan yakni sebuah ruangan yang dipersiapkan dan layak menjadi tempat beristirahat. Sehingga wisatawan tidak merasa ditipu.   

Kampung Homestay Mandalika

Homestay Sasak Lombok Bungalow merupakan satu dari 19 homestay dan dari 21 sarana hunian pariwisata (Sarhunta) yang ada di Kampung Homestay. Total ada 120 kamar di kampung ini. Sekretaris Desa menyampaikan, Kampung Homestay di Dusun Rangkap 1 yang paling banyak mempunyai sarana akomodasi homestay di wilayahnya.

Homestay Sasak Lombok Bungalow berdiri sejak 2016. Homestay ini memiliki 8 kamar yang dibangun seperti bungalow. Saat Menparekraf meninjau homestay itu, semua kamar terisi penuh. Lokasi Kampung Homestay memang sangat dekat dengan sirkuit Mandalika. Sirkuit bisa dicapai dengan berjalan kaki.  

Maulidin, pengelola Homestay Sasak Lombok Bungalow, juga ketua kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat, menerangkan, tamu berdatangan kembali mulai tahun 2023.

‘’Tamu-tamu kami mulai datang lagi. Keterisian kamar sudah mencapai sekitar 50 persen daripada sebelum pandemi. Paling banyak dari mancanegara. Kalau di sini dari Spanyol, Australia, Jerman, dan Polandia. Tamu lokal biasanya mencari hotel,’’ tutur Maulidin.

Begitu pun dengan homestay lainnya di kampung itu. Tingkat hunian kamar rata-rata bisa mencapai 50 persen. Pada saat MotoGP Indonesia okupansinya mencapai 100 persen.

Maulidin menambahkan, pemesanan homestay rata-rata melalui booking.com dan Traveloka. Pemesanan dari luar negeri biasanya melalui booking.com.

‘’Jadi kami sudah gabung dengan online travel agent (OTA). Ada Traveloka, booking.com. Rata-rata teman-teman di sini lebih memakai booking.com. Pemesanan dari luar negeri melalui booking.com,’’ katanya.

Tamu-tamu yang menginap di Homestay Sasak Lombok Bungalow mulai dari 2, 5 hingga 10 hari. Tidak sedikit tamu-tamu yang menginap memperpanjang masa tinggalnya.

Pokdarwis di  Kampung Homestay sudah mulai membuat paket-paket wisata. Kawasan Kuta, Lombok, merupakan sister beach dari Kuta, Bali. Keindahan pantainya yang berlekuk-lekuk dengan beberapa jenis pasir putih, perbukitan yang membingkai pantai serta ombak Samudera Indonesia telah menarik perhatian para peselancar mancanegara yang sudah datang terlebih dahulu. Tetapi, kekayaan budaya di Kuta Lombok relatif belum banyak diekspos.

Selain ritual Bau Nyale yang telah masuk kalender event nasional, ada banyak ritual yang dilakukan di sana. Maulidin mengatakan, masyarakat lokal menggelar ritual madak mare dan ngapung sekali setiap tahun. Ritual itu dilakukan untuk membersihkan diri dari segala penyakit.

Kemudian, ada ritual ruah segara. Ritual ini dilaksanakan sekali dalam tiga tahun. Selama masa ruah segara, warga tidak boleh turun langsung ke laut selama tiga hari. Pada ritual itu, masyarakat mempersembahkan dan melarung kepala kerbau ke laut. Tujuannya agar diberi keselamatan yang berlimpah.

Maulidin berharap event-event budaya lokal di kampungnya juga dapat menjadi daya tarik. Agar tamu yang datang tidak hanya ke pantai saja.  

Seperti saudarinya pantai Kuta Bali beberapa dekade lalu, kawasan pantai Kuta Lombok tengah bergeliat dan berproses. Entah bagaimana wajah pantai ini di masa depan. Satu hal yang pasti. Seperti kata warga lokal, ‘’Di Lombok, bisa melihat Bali. Tapi di Bali, tidak bisa melihat Lombok.’’ ***(Yun Damayanti)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *