PERJALANAN OUTBOUND JEPANG BARU PULIH 50%, LAKUKAN INI UNTUK MENARIK WISATAWAN JEPANG

Tourism for Us – Perjalanan outbound Jepang baru pulih 50 persen dari level sebelum pandemi Covid-19. Ada sekitar 23 juta warga Jepang yang pernah melakukan perjalanan keluar negeri sebelumnya belum bepergian keluar negeri lagi setelah pandemi. Seiring dengan beralihnya wisatawan kaya Jepang dari akomodasi domestik yang mewah ke pilihan perjalanan luar negeri, wisata petualangan diharapkan dapat memberikan tujuan perjalanan alternatif.

Tourism Expo Japan 2023 menampilkan penawaran wisata terbaru dari seluruh wilayah di Jepang dan dari 70 negara dan wilayah. (Foto: Tourism Expo Japan)

Bagaimanapun, pelaku industri pariwisata di destinasi termasuk Indonesia perlu memperhatikan melemahnya nilai tukar yen dan tarif tiket pesawat. Nilai tukar mata uang dan tarif tiket pesawat turut mempengaruhi keputusan bepergian keluar negeri terutama di kalangan wisatawan muda yang menjadi pangsa pasar dominan outbound Jepang saat ini.  

Pada kesempatan Tourism Expo Japan 2023 (TEJ) yang berlangsung akhir Oktober lalu di Osaka, Hiroyuki Takahashi, Ketua Japan Association of Travel Agents (JATA), berharap, TEJ 2023 akan menghidupkan kembali minat orang Jepang terhadap perjalanan outbound.

”Kami berharap perjalanan keluar negeri akan kembali ke level tahun 2019 pada awal tahun depan,” kata Takahashi.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pengembangan produk terkait SDGs yang disesuaikan dengan permintaan pascapandemi.

Survei pasar mengenai perjalanan keluar Jepang (outbound) mengungkapkan bahwa 45 persen orang Jepang sebelumnya pernah melakukan perjalanan keluar negeri. Ada 23 juta di antaranya belum bepergian keluar negeri setelah pandemi.

Survei tersebut juga menyoroti, lambatnya pemulihan di kalangan wisatawan kelompok perempuan berusia 50-an ke atas. Meningkatkan kembali minat bepergian keluar negeri dari pasar pelancong ini menjadi prioritas utama.

Seiring dengan beralihnya wisatawan kaya Jepang dari akomodasi domestik yang mewah ke pilihan perjalanan keluar negeri, wisata petualangan diharapkan dapat memberikan tujuan perjalanan alternatif.

Salah satu program di Tourism Expo Japan 2023, Symposium on Promoting Japanese Outbound Travel, Jumat (27/10/2023), mengangkat tema ‘’The Post-Pandemic Comeback of Japanese Outbound Travel’’. Simposium ini diselenggarakan oleh Japan Tourism Agency.

Tomoyuki Ishizuka, Deputy Director General of Japan Tourism Agency, pada pembukaan simposium menyampaikan, perjalanan keluar negeri pulih dengan cepat hingga hampir 50 persen dari tingkat sebelum pandemi. Ini terjadi setelah pelonggaran kontrol perbatasan pada tahun ini. Sementara, pemulihan sepenuhnya masih setengah jalan.

Moderator simposium, Toshiya Miyazaki, Leader, Tourism Policy Team, Mitsubishi Research Institute, Inc., memaparkan hasil survei wisata outbound Jepang pascapandemi. Hasilnya menunjukkan, perjalanan pendek (short-haul) lebih banyak dipilih oleh wisatawan Jepang; lebih sedikit aktivitas per perjalanan; peningkatan proporsi generasi muda serta individu dan keluarga, terutama karena melemahnya yen dan tingginya tarif tiket pesawat.

Untuk mendatangkan wisatawan Jepang, destinasi sebaiknya melakukan promosi strategis dan mengatasi kekhawatiran yang dirasakan oleh masyarakat yang belum pernah melakukan perjalanan internasional. Survei tersebut mengidentifikasi potensi yang cukup untuk memperluas wisatawan outbound Jepang baik dalam jangka pendek (pascapandemi) maupun jangka panjang.

Yamashita, seorang ekspatriat Jepang, antusias ikut Jakarta Marathon walaupun tidak menjadi pemenang. Jakarta Marathon edisi pertama menarik minat peserta dari Jepang baik ekspatriat yang tinggal di sekitar Jabodetabek dan Jawa Barat maupun beberapa peserta yang datang langsung. Orang Jepang sangat suka lari marathon. Jauh sebelum era Milenium, ada event marathon di Bali, bekerja sama dengan maskapai penerbangan, mampu mendatangkan pelari maupun wisatawan yang datang untuk berlari. Meremajakan dan berinovasi dari produk yang pernah berhasil di masa lampau patut dipertimbangkan dalam menarik wisman ke Indonesia. [Foto; Yun Damayanti]

Tiga panelis masing-masing mewakili destinasi Spanyol, Malaysia dan Thailand memaparkan inisiatif dan strateginya untuk mendatangkan wisatawan Jepang ke negaranya.

Hiromi Kazama, Promotion Manager, Tourist Office of Spain, mengatakan, wisatawan Jepang ke Spanyol masih sangat rendah yaitu 0,8 persen dari total pangsa pasar wisatawan internasional. Oleh karena itu, Pemerintah Spanyol fokus menarik wisatawan perempuan muda, mempromosikan wisata olahraga, dan meningkatkan pemasaran melalui media sosial.

Perbedaan musim liburan di Jepang dan Spanyol bermanfaat dalam mendesentralisasikan wisatawan di Spanyol. Musim liburan panjang di Jepang seperti Minggu Emas (Golden Week) di akhir April hingga Mei dan Minggu Perak (Silver Week) di bulan September merupakan kunci untuk meningkatkan perjalanan jarak jauh wisatawan Jepang.

Spanyol yakin dapat menarik lebih banyak wisatawan dengan meningkatkan konten perjalanan dan komunikasi untuk memenuhi target yang berbeda.

Panelis lainnya, Kimiko Shimizu, Marketing Manager, Osaka Branch, Malaysia Tourism Promotion Board, juga mengatakan, jumlah wisatawan asal Jepang lambat pulihnya di Malaysia.

Malaysia bertujuan untuk menarik wisatawan jangka panjang untuk pendidikan dan bekerja. Karena negeri Jiran ini memiliki keunggulan dalam segi biaya akomodasi yang rendah dan visa yang relatif mudah diperoleh.

Selain itu, Malaysia juga membidik pasar wisatawan pria solo (solo traveling, melakukan perjalanan sendirian, red.) yang semakin meningkat di Jepang. Alam, budaya, tur perkotaan, dan kuliner di wilayah semenanjung dan Borneo adalah sesuatu yang bisa ditawarkan kepada pasar ini.

Sedangkan Yoshiaki Fujimura, Marketing Manager, Tokyo Office, Tourism Authority of Thailand, melaporkan bahwa jumlah wisatawan dari Jepang ke Thailand telah kembali ke 50 persen dari tingkat sebelum pandemi.

Namun, banyak orang Jepang memiliki gambaran tradisional tentang Thailand. Otoritas pariwisata Thailand menyadari harus menyegarkan gambaran tersebut dengan membuat konten-konten baru dan mempromosikan destinasi selain Bangkok.

Delegasi Indonesia di Tourism Expo Japan 2023. (Foto: Birkompublik Kemenparekraf)

Tourism Expo Japan 2023

Tourism Expo Japan 2023, Osaka/Kansai, telah berlangsung pada 26-29 Oktober  2023. Pameran dan pasar pariwisata terluas di Jepang ini digelar di Intex Osaka.TEJ tahun ini mengangkat tema ‘’Open the Door to the Future’’.

TEJ dibagi dalam dua sesi yakni pada 26-27 Oktober 2023 untuk pertemuan bisnis bagi profesional pariwisata (B-to-B) dan 28-29 Oktober 2023 dibuka untuk publik (B-to-C).

TEJ 2023 diikuti oleh 1.037 sellers dan dihadiri 529 buyers dari 70 negara dan wilayah. Selama empat hari, total 148.050 pengunjung datang ke event yang diselenggarakan oleh Japan Travel and Tourism Association, Japan Association of Travel Agents(JATA),  dan Japan National Tourism Organization(JNTO).

Selain pertemuan bisnis, TEJ juga menggelar Ministrial Round Table Meeting, symposium dan seminar tematik, dan penghargaan pariwisata Japan Tourism Awards.

Indonesia berpartisipasi pada Tourism Expo Japan 2023. Di paviliun Indonesia diisi oleh 15 pelaku industri pariwisata terdiri dari penyedia akomodasi, jasa transportasi, operator tur/agen perjalanan, dan DMO.

Konsulat Jendral RI (KJRI) Osaka dan Atlas Beach Club mendukung penampilan musik etnik oleh musisi Indonesia terkemuka Balawan di panggung utama TEJ 2023.

Pada kesempatan Weekly Briefing with Sandi Uno, Senin (30/10/23), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan hasil dari beberapa agenda kunjungan kerjanya di Jepang.    

Selain mengikuti TEJ 2023 Ministrial Round Table, Menparekraf bertemu dengan Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang Tetsuo Saito, Sabtu (28/10/2023), di Tokyo Prince Hotel,.

Dalam pertemuan itu, Menparekraf mengajak pemerintah Jepang memperkuat kolaborasi dan kerja sama mengembangkan pariwisata berkelanjutan.

’’Kerja sama dalam pengembangan pariwisata kedua negara bisa segera dilakukan. Tahap awal dengan membuka penerbangan langsung dari Tokyo ke Jakarta dan Bali,’’ kata Menparekraf Sandiaga.

Jumlah wisatawan Jepang yang berlibur ke Indonesia berkisar 520.000 orang per tahun sebelum pandemi melanda. Sedangkan wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Jepang mencapai 920.000 orang per tahun.

‘’Dengan ini, kami mengundang wisatawan Jepang untuk datang ke Indonesia khususnya untuk berlibur ke lima destinasi prioritas Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo,’’ tambah Sandiaga.

Dari kunker tersebut diketahui bahwa saat ini wisatawan dari Jepang didominasi oleh anak-anak muda yang memiliki ketertarikan wisata minat khusus seperti golf. ‘’Salah satu lapangan golf yang akan kita dorong adalah Cangkringan Sleman. Namun dibutuhkan penerbangan langsung untuk mendukung, kita harapkan selain dari Tokyo ke Denpasar dan Jakarta, juga Tokyo ke Yogyakarta,’’ tutur Sandiaga.***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *