MENJARING WISATAWAN BELANDA DENGAN EKOWISATA DI DMI EXPO 2025

Tourism for Us – Wisatawan dari kawasan Eropa merupakan target pasar ketiga terbesar setelah Asia Tenggara dan Asia Pasifik pada tahun 2025. Sejalan dengan target itu, promosi pariwisata di Benua Biru menjadi penting. Melihat kekosongan promosi pariwisata Indonesia di sana, banyak diaspora berinisiatif menggelar berbagai kegiatan, salah satunya Discovering the Magnificence of Indonesia (DMI) di Belanda. Kegiatan promosi ini akan memasuki edisi kedua pada bulan Oktober mendatang.

Sesi Business Forum di DMI Expo 2024.
(Foto: Nuswantara/Negeriku)

Discovering the Magnificence of Indonesia akan berlangsung pada 30 Oktober hingga 2 November 2025 di Hall 3 Jaarbeurs, Utrecht, Netherlands. Pameran tahun ini mengangkat tema ‘’From Indonesia to Europe’’.

Sama seperti tahun lalu, program utama pameran tahun ini meliputi Trade Pavilion and Export Showcase, Indonesia Tourism Hub and Indonesia Incorporated, B-to-B Business Matching, dan Networking Forum. Selain itu juga ada Trade, Tourism, and Investment (TTI) Conference, Workshops, Indonesian Cultural and Creative Economy Showcase, serta Digital and Hybrid Event Integration.

DMI diinisiasi oleh Negeriku, yaitu organisasi nirlaba yang dibentuk oleh diaspora Indonesia yang tinggal di Belanda. Sementara itu, PT Nuswantara Adhidaya Perkasa adalah event organizer penyelenggara DMI.

Dalam rangka perjalanan menuju DMI 2025, Negeriku dan Nuswantara menggelar seminar daring pada Jumat (25/4/2025) dan diikuti lebih dari 100 peserta. Tema yang diangkat ‘’Peluang Wisata Berkelanjutan (Ecotourism): Menarik Wisatawan Eropa ke Destinasi Indonesia’’ sejalan dengan tren perjalanan global, minat wisatawan Eropa khususnya di Belanda, serta kebijakan Pemerintah Indonesia.

Seminar daring itu menghadirkan R. Wisnu Sindhutrisno, Asisten Deputi (Asdep) Pemasaran Pariwisata Mancanegara III Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Flip Stoltenborgh, Owner Merapi Tours & Travel Netherlands, dan Oyan Kristian, Ketua DPD ASITA NTT yang juga Owner NTT DMC.

Pada kesempatan pertama, Asdep Pemasaran Pariwisata Mancanegara III Kemenpar memaparkan capaian pariwisata Indonesia pada 2024 dan proyeksi pariwisata Indonesia tahun 2029. Selain itu, juga diungkapkan target pemerintah yang hendak dicapai pada 2025.

Dalam paparannya, disampaikan bahwa Pemerintah Indonesia mengubah fokus kebijakan pariwisata dari ‘’quantity’’ menjadi ‘’quality tourism’’. Sejalan dengan perubahan ini, pemerintah memperkenalkan konsep Regenerative Tourism yang sesuai dengan tren perjalanan global. Pariwisata gastronomi, kebugaran (wellness), dan bahari (marine) menjadi highlight dari fokus kebijakan tersebut.   

Dari target 14,6 – 16,0 juta wisatawan mancanegara (wisman) tahun 2025, sebanyak 72 persen akan digenjot dari 14 negara. Sasaran pertama dan terbesar adalah dari kawasan Asia Tenggara dengan fokus pada pasar Malaysia dan Singapura sebanyak 4,5 juta wisatawan.

Kemudian dari kasawasan Asia Pasifik dengan fokus pada pasar India, Cina, Australia, Jepang, dan Korea Selatan sebanyak 4,7 juta wisatawan. Lalu, dari kawasan Eropa dengan fokus pada pasar Perancis, Belanda, Jerman, dan Inggris Raya sebanyak 1,5 juta wisatawan.

Target berikutnya adalah kawasan Amerika Utara dengan fokus pada pasar Amerika Serikat sebanyak 500 ribu wisatawan, dan kawasan Timur Tengah dengan fokus pada pasar Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab sebanyak  200 ribu wisatawan. Sementara itu, dari negara-negara lain sebanyak 4,5 juta wisatawan.

‘’Fokus target itu kami buat berdasarkan jumlah kedatangan pada 2024 dan besaran pembelanjaan wisatawan dari setiap pasar,’’ ujar Wisnu.  

Pemerintah menargetkan perolehan devisa sebesar 19 juta sampai 22 juta dolar AS tahun ini. Proyeksi target 2029 adalah mendatangkan 20 juta – 23,6 juta wisman dan perolehan devisa sebesar 32 juta – 39,4 juta dolar AS.

‘’Indonesia akan mengikuti ILTM 2025 di Cannes, Perancis untuk mempromosikan destinasi Indonesia di pasar pariwisata mewah (luxury tourism),’’ tambahnya.

Flip Stoltenborgh, pemilik Merapi Tours & Travel Netherlands, mengatakan bahwa turis Belanda masih mau tinggal lebih lama dan pergi ke daerah-daerah yang dikunjungi sedikit turis di Indonesia. Sebanyak 50% dari mereka mengatur sendiri perjalanannya dan memesan langsung melalui berbagai kanal.

‘’Instagram dan Tiktok untuk generasi muda, sedangkan Facebook untuk Gen X dan lanjut usia. Selain itu, perjalanan pengenalan (famtrip) juga akan membantu mempromosikan Indonesia,’’ kata Flip.

Dia pun mengingatkan pentingnya compelling storytelling dalam mempromosikan destinasi.

Pembicara berikutnya, Oyan Kristian, Ketua DPD ASITA NTT, yang juga pemilik NTT DMC, mengungkapkan bahwa Indonesia Timur, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah destinasi baru dan belum terlalu turistik. Jarak tempuh ke destinasi-destinasi di NTT rata-rata sekitar 1 jam dari Bali, dan itu membuatnya terasa dekat.

‘’Ini merupakan peluang dan nilai jual bagi destinasi-destinasi di NTT dalam berpromosi dan itu akan menarik minat orang datang. Kita juga harus bisa menjaga dan mempertahankan kualitas pelayanan yang bagus secara konsisten,’’ terang Oyan.

Dari pengalamannya mempromosikan ekowisata, dia melihat sumber daya manusia (SDM) di destinasi tersebut masih memerlukan banyak pelatihan.

‘’Pasar Eropa memiliki minat tinggi terhadap produk ekowisata. Namun, seperti pengurangan pemakaian plastik, hal itu harus menjadi kebiasaan di masyarakat. Hal tersebut penting dalam menciptakan destinasi ekowisata,’’ tuturnya.  

Selain pengurangan pemakaian plastik, dia juga membeberkan tips lain untuk menarik pasar wisatawan dari Eropa, yakni menjaga keaslian lingkungan, mempromosikan destinasi ke pasar-pasar baru selain pasar yang sudah ada, menjaga hubungan baik dengan kedutaan besar Indonesia di luar negeri dan event organizer yang bertujuan mempromosikan pariwisata Indonesia, serta beradaptasi dan mempelajari kebutuhan pasar. ***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *