MERCURE PANGKALAN BUN, IKON BARU PENGEREK STANDAR KUALITAS PARIWISATA DI KOTAWARINGIN BARAT LEBIH TINGGI

Tourism for Us – Pangkalan Bun, ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat di Provinsi Kalimantan Tengah, adalah pintu gerbang ke Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) yang ternama. Dan pasca pandemi COVID-19, kota ini melihat diversifikasi bisnis di luar perkebunan.

Melihat potensi kota Pangkalan Bun yang besar, Accor, grup perhotelan terkemuka dunia, mengumumkan properti pertamanya di Provinsi Kalimantan Tengah dengan dibukanya Mercure Pangkalan Bun. Hotel ini mulai beroperasi sejak 8 Juli 2023 dan Grand Opening dilakukan pada 25 Oktober 2023. Pembukaan hotel dihadiri langsung oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin. 

Taman Nasional Tanjung Puting diakui sebagai Cagar Biosfer UNESCO dan memiliki peran yang sangat besar sebagai kawasan konservasi dan penelitian terpenting bagi orangutan di seluruh dunia. Selain bisnis perkebunan yang sudah ada, sekarang berkembang bisnis baru di sektor pertambangan, kuliner dan lainnya. Bisnis-bisnis baru berkembang, salah satunya, karena Pangkalan Bun mempunyai akses laut, udara dan darat. 

Garth Simmons, Chief Executive Officer of Accor’s Premium, Midscale and Economy Division Asia dalam pernyataan tertulisnya menyampaikan, Mercure Pangkalan Bun adalah sebuah hotel yang menyatukan yang terbaik dari kedua dunia untuk para wisatawan.

“Para tamu dapat memulai perjalanan yang menawan untuk menjelajahi keajaiban Kalimantan, membenamkan diri dalam keindahan dan pesonanya, sambil menikmati merek Mercure yang kenyamanan dan standar luar biasanya diakui secara global. Pembukaan hotel ini tidak hanya menjadi tonggak penting bagi sektor pariwisata di daerah tersebut, tetapi juga berperan penting dalam mendukung infrastruktur provinsi dengan menyediakan akomodasi berkualitas tinggi dan membina hubungan yang mendalam dengan masyarakat setempat,” kata Garth Simmons.

Dona Yohana, General Manager Mercure Pangkalan Bun. (Foto: Mercure Pangkalan Bun/Accor)

Dona Yohana, General Manager Mercure Pangkalan Bun, menerangkan, merek Mercure sendiri memang selalu beradaptasi dengan local culture. Dan banyak sekali yang bisa dikembangkan di kota Pangkalan Bun khususnya maupun di Kabupaten Kotawaringin Barat pada umumnya.

Tanjung Puting adalah daya tarik wisata yang sudah mapan. Seperti diketahui, pengunjung terbanyak ke TNTP ialah orang asing. Wisatawan mancanegara (wisman) tertinggi datang dari kawasan Eropa, lebih spesifik lagi, dari Spanyol.

‘’Pangkalan Bun merupakan pintu masuk (gate) internasional sebenarnya,’’ ujar Dona.

Dona menerangkan lebih lanjut, di sisi leisure, wisatawan yang hendak maupun dari Tanjung Puting bisa dikatakan tidak mengenal hari. Setiap hari ada saja wisman bertujuan ke TNTP menginap di Mercure Pangkalan Bun.

‘’Rata-rata, di high season, sekitar 15-20 kamar terisi oleh wisman yang bertujuan ke TNTP. Itu based on history dari tahun lalu. Saya pikir, sekarang pun akan sama,’’ kata Dona.

Tren menarik di leisure, Mercure Pangkalan Bun juga banyak mendapat bisnis dari daerah sekitar. Warga lokal dari kabupaten-kabupaten lain seperti Sukamara dan Lamandau datang ke Pangkalan Bun untuk staycation pada akhir pekan.

‘’Jadi leisure tidak hanya dari Tanjung Puting tapi juga dari staycation warga Kalimantan Tengah sendiri,’’ lanjutnya.  

Dona mengamati, bisnis yang ada di Pangkalan Bun terus bertambah. Dan itu bukan hanya dari sektor perkebunan saja.

‘’Kita bisa lihat ya majunya bisnis di sini. Di antaranya, itu bisa dilihat dari penambahan penerbangan ke Pangkalan Bun,’’ tutur Dona.

Sebelumnya, hanya ada satu maskapai yang melayani penerbangan ke Pangkalan Bun yakni Nam Air (setelah Kalstar berhenti beroperasi, red.). Sekarang Citilink dan Batik Air juga melayani rute penerbangan ke Kota Manis mulai awal tahun ini.

Ketiga maskapai penerbangan itu menghubungkan Pangkalan Bun dengan Jakarta, Semarang dan Surabaya. Ketiga kota tersebut merupakan hub bisnis, industri dan pariwisata di Pulau Jawa.

‘’Buat Accor, ini merupakan suatu value yang sangat tinggi. Sehingga kami pun yakin membuka hotel di sini,’’ katanya penuh optimisme.   

Tambahnya kemudian, ‘’Ke saya sendiri juga banyak pertanyaan. Kok, berani sih Accor buka di Pangkalan Bun? Jawaban saya, ‘’Why not?’’ Karena kota ini sangat berpotensi.’’

Mercure Pangkalan Bun baru beroperasi selama 10 bulan. Okupansi rata-ratanya dari bulan Juli 2023 sampai Mei 2024 sudah mencapai 50 persen. Tingkat okupansi rata-rata pada bulan Juli-Desember 2023 membukukan angka 54 persen year to date. Sedangkan low season terjadi mulai bulan Januari sampai April.

‘’Periode Juli-Desember tahun lalu itu memang high season. Makanya kami bisa closing di 54 persen di awal pembukaan hotel,’’ kata Dona.

Persentase pasar terbesar berasal dari business travelers dan MICE business. Sebanyak 70 persen tamu yang menginap ialah pejalan bisnis. Dan sisanya 30 persen ialah wisatawan yang bertujuan leisure.

‘’Hotel ini, market kami, we are not business hotel but business and leisure,’’ tegas Dona.

Itu dikarenakan, selama periode low season pada Januari-Februari, Mercure Pangkalan Bun masih menerima tamu-tamu wisatawan ke Tanjung Puting. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak dibandingkan dengan periode high season.

Ada tren pola perjalanan baru yang bekembang terutama di kalangan wisman. Setelah penerbangan ke Pangkalan Bun bertambah, sekarang tersedia jadwal penerbangan bertujuan Jakarta pada pagi hari. Wisman mempertimbangkan, menginap di Pangkalan Bun menjadi opsi transit yang efisien.

Pola perjalanan wisman ke Pangkalan Bun yang lama masih tetap berlangsung. Mereka ada yang baru memulai perjalanannya di Indonesia dan langsung menuju Tanjung Puting. Atau, menjadikan kunjungan ke Tanjung Puting sebagai destinasi terakhir sebelum pulang ke negaranya.

Dengan tersedianya penerbangan di pagi hari menuju hub utama di Jakarta, mereka bisa langsung meneruskan perjalanan ke destinasi lain di Indonesia atau melanjutkan penerbangan pulang ke negaranya dari Jakarta tanpa perlu menginap lagi.

‘’Ini dari pengalaman kami sendiri ya. Tamu-tamu mostly menginap di sini dua kali. Pas datang (pre tour) dan pulang (post tour),’’ tambah Dona.  

Sayangnya, wisata kota (city tour) Pangkalan Bun masih terbatas. Ini salah satu tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha operator tur/agen perjalanan dan akomodasi. Idle time di antara sebelum dan setelah dari TNTP, tampaknya belum diperhatikan/disadari oleh pemangku kepentingan pariwisata di Kotawaringin Barat.

‘’Tamu-tamu asing kami kadang kebingungan. Mau ke mana? Kami tawarkan mereka city tour. Di sekitar sini ada Istana Kuning, Istana Mangkubumi, dan Rumah Betang. City tour sekitar dua jam selesai,’’ kata Dona.

Dengan keterbatasan itu, Mercure Pangkalan Bun mencoba menciptakan aktivitas dengan menyediakan sepeda yang dapat dimanfaatkan tamu untuk berkeliling kota. Dengan bersepeda, mereka bisa mengeksplorasi kota lebih jauh daripada dengan berjalan kaki.

Executive Suite di Mercure Pangkalan Bun. (Foto: Mercure Pangkalan Bun/Accor)

Ikon baru Mercure Pangkalan Bun

Sebagai merek pionir hotel global di Pangkalan Bun, Mercure Pangkalan Bun menghadirkan cerminan yang sesungguhnya dari esensi budaya kota. Hal ini tercermin dari nama-nama fasilitas dan desain hotel.

Lobi hotel yang luas menampilkan tema “Rumah Betang”, rumah tradisional suku Dayak. Desain interiornya memadukan unsur-unsur alami seperti anyaman rotan dan kayu yang mengaitkan area tersebut dengan alam.

Suku Dayak dikenal dengan semangat dan persatuan komunal mereka. Hal itu diperkuat dengan desain terbuka yang terasa menyatukan area lobi dengan area Kelakai Restaurant. Kemudian ada juga ruang komunal yang bisa digunakan sebagai co-working space di area mezanin di atas lobi.

Kelakai Restaurant buka sepanjang hari (all-day dining). Restoran menampilkan suasana semarak dan kontemporer, menawarkan perpaduan masakan internasional dan lokal yang lezat yang disebut sebagai cita rasa “Glo-Cal”. Para tamu dapat merasakan keahlian kuliner dari tim kuliner hotel saat mereka menyiapkan berbagai pilihan hidangan di dapur yang terbuka. Nama Kelakai diambil dari tumbuhan asli yang ditemukan di Kalimantan Tengah dan Selatan.

Malining Coffee & Patisserie di Lobby Lounge mengundang para tamu untuk menikmati kopi spesial dan aneka kue yang lezat. Nama “Malining” sendiri berasal dari bahasa setempat yang artinya bercahaya, menciptakan suasana yang mengundang untuk relaksasi dan kegembiraan.

Palapas Bar menawarkan berbagai makanan ringan dan menu koktail yang menggoda, seraya menikmati panorama kota yang menakjubkan di malam hari.

Untuk tamu yang mencari aktivitas kebugaran dan rekreasi, Danum Pool Bar, yang terletak di area kebugaran di lantai 1, memungkinkan mereka untuk bersantai di gym, spa, sauna, salon, dan area kolam renang. Area ini juga dilengkapi dengan toilet, shower room dan locker.

Mercure Pangkalan Bun menawarkan total 150 kamar bergaya kontemporer. Ada lima tipe kamar yakni Premium Superior, Deluxe, Junior Suite, Executive Suite, dan Presidential Suite. Tipe suite juga menjadi incaran wisatawan karena dilengkapi fitur bathtub.

Mercure Pangkalan Bun dilengkapi fasilitas ruang-ruang pertemuan dengan teknologi mutakhir seperti yang ada di kota-kota besar. Batuah Ballroom yang elegan merupakan ballroom tanpa pilar terbesar di kota Pangkalan Bun. Kapasitas maksimalnya sampai dengan 700 orang untuk theater setting.

Selain itu, enam ruang serbaguna lainnya bisa dipakai untuk berbagai macam kebutuhan. Kapasitasnya mulai dari 50 orang.

Sebagaimana komitmen Accor terhadap keberlanjutan, hotel mempromosikan kelestarian di antaranya dengan penggunaan sedotan Purun, produk lokal yang ramah lingkungan. Dukungan terhadap produk lokal juga terlihat dari kurasi produk teh dan kopi yang disajikan di dalam kamar. Itu semua sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan dan untuk mendukung produsen lokal.   

Hotel Mercure Pangkalan Bun berjarak 15 menit berkendara dari Bandara Iskandar. Dermaga Taman Nasional Tanjung Puting di Kumai dapat ditempuh selama 30 menit. Dan ini merupakan nilai plus yang disukai oleh wisman.

Keberadaan Hotel Mercure tidak hanya sebagai ikon baru kota Pangkalan Bun. Tampaknya, hotel bintang 4 ini juga akan mampu mengerek standar kualitas pariwisata di Kotawaringin Barat lebih tinggi. Kabupaten ini belum tereksplorasi dan masih banyak hal yang belum diketahui mengenai daerah ini. ***(Yun Damayanti)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *