FMI LUNCURKAN IMGS UNTUK PENDAKIAN GUNUNG YANG LEBIH AMAN

Tourism for Us – Indonesia akan memiliki sistem klasifikasi gunung untuk pertama kalinya. Sistem ini diharapkan dapat menjadi pijakan nasional dalam penyusunan standar prosedur operasional (SOP) kegiatan, pengelolaan destinasi, dan  keselamatan dan keamanan di gunung.

Danau kawah Segara Anak dilihat dari Plawangan Sembalun,TN Gunung Rinjani. (Foto: Yun Damayanti)

Pengurus Besar Federasi Mountaineering Indonesia (PB FMI) secara resmi meluncurkan Indonesia Mountain Grade System (IMGS) dalam Musyawarah Nasional (Munas) III FMI yang digelar di Komplek TNI AL, Kodamar, Jakarta Utara, Jumat (25/7/2025). IMGS adalah sistem klasifikasi gunung pertama di Indonesia yang berbasis objektivitas ilmiah dan prinsip keselamatan pendakian. Sistem ini diharapkan dapat menjadi pijakan nasional dalam penyusunan standard operational procedure (SOP), pelatihan pendakian, hingga pengelolaan destinasi secara lebih profesional dan berkelanjutan.

Peluncuran ditandai dengan penandatanganan bersama oleh unsur Federasi Mountaineering Indonesia sebagai simbol pengesahan dan komitmen internal terhadap implementasi sistem ini secara nasional, sekaligus pengenalan perangkat pendukung (IMGS Tools).

Saat ini, PB FMI juga tengah menyusun SOP nasional pendakian gunung serta mempersiapkan pelatihan mountain rescue berstandar internasional di Gunung Rinjani, di mana FMI berperan sebagai mitra teknis dari Pemanfaatan Jasa Lingkungan (PJL) Wisata Alam pada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan (Kemenhut).

Dalam Munas III FMI, Mayjen Mar (Purn) TNI Buyung Lalana kembali terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Mountaineering Indonesia (PB FMI) periode 2025–2029.

“Kami mendorong pendakian gunung di Indonesia yang aman, tertib, dan berkelanjutan. Ke depan, FMI akan lebih aktif menjalin sinergi lintas sektor, meningkatkan kapasitas SDM, serta memperkuat standar keselamatan di setiap jalur pendakian. IMGS dan pelatihan rescue hanyalah awal dari langkah besar kita bersama,” ujar Buyung Lalana.

Sebagai bagian dari langkah strategis, PB FMI akan memperluas kolaborasi dengan KLHK, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan berbagai instansi lintas sektor lainnya untuk mendukung transformasi sistem pendakian gunung yang berbasis sains, mitigasi risiko, dan nilai konservasi.

Munas III juga menghasilkan mandat untuk memperkuat kelembagaan FMI, penguatan regulasi internal, serta perluasan kemitraan strategis demi menjawab tantangan dunia pendakian ke depan, termasuk isu keselamatan, digitalisasi data pendaki, dan pelestarian kawasan pegunungan.

Munas ini dihadiri oleh perwakilan dari 18 pengurus provinsi (pengprov) FMI dari seluruh Indonesia secara luring maupun daring. ***(Yun Damayanti)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *