NAIK KERETA DI PULAU JAWA MAKIN NYAMAN
Tourism for Us – Dari stasiun sampai on board, perjalanan dengan kereta api di Pulau Jawa semakin nyaman.

Di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, layanan tes antigen di stasiun-stasiun dilakukan cukup cepat. Penumpang yang telah membeli tiket dan berencana melakukan tes sesaat sebelum naik kereta, asalkan tiba di stasiun lebih awal 30-60 menit, tidak akan telat. Karena masinis tidak akan menunggu penumpang yang terlambat.
Di area parkir kendaraan Stasiun Gambir sekarang ada taman dengan bangku-bangku permanen dari beton. Di situ area merokok sekaligus tempat foto-foto berlatar belakang tugu Monas. Bagi penumpang yang membutuhkan penitipan barang ada gerai loker di lantai dasar. Gerainya kecil, tidak jauh dari atrium, memang terkesan agak tersembunyi. Bagi penumpang kereta malam yang hendak langsung beraktifitas setiba di Ibukota pada pagi hari, fasilitas shower yang bersih ada di lantai satu. Ada ruang shower dan ganti untuk wanita dan pria. Di lantai yang sama, ada hotel transit menawarkan kamar biasa dan kapsul.
Stasiun Jatinegara telah selesai direnovasi. Stasiun ini jadi tempat pemberhentian efektif bagi penumpang yang hendak meneruskan perjalanan ke wilayah Bodetabek dengan kereta komuter atau menuju area timur Jakarta. Selain itu, setiap stasiun kereta di Ibukota terkoneksi dengan jaringan bis TransJakarta sekarang.
Di Stasiun Bandung, penumpang semakin nyaman dengan keberadaan sky bridge yang menghubungkan antar jalur. Papan petunjuk nama-nama kereta mengarahkan penumpang menuju jalur yang benar. Di samping kereta, pramugari cantik menyambut dengan tersenyum manis.

Kereta restorasi tidak lagi membosankan. Ada chef yang naik di beberapa kereta eksekutif rute Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Yogyakarta. Makanan dimasak di atas kereta, tidak dipanaskan dalam microwave. Bahan-bahan makanan dibawa dalam bentuk beku dari darat. Menonton chef memasak pesanan jadi hiburan.
Hanya saja, makanan di atas kereta belum bisa membuat penumpang impresif. Penumpang berusia lebih dari 40 tahun dan setia naik kereta berharap, operator kereta api bisa mengembalikan rasa yang mereka ingat saat naik kereta api pada masa kecilnya. Sedangkan penumpang kereta luxury punya ekspetasi, mereka memperoleh meals yang berbeda, baik ragam, kualitas, maupun layanan yang diberikan.
Masih di kereta restorasi, di samping ruang makan, ada musola. Ruangannya bisa menampung sekitar tiga jemaah.
Kebersihan selalu dijaga baik di kereta luxury, eksekutif maupun ekonomi. Setiap beberapa jam sekali petugas kebersihan datang mengambil sampah. Begitupun kebersihan toilet. Hampir tak ada lagi bau dan senantiasa kering.
Kereta eksekutif Taksaka yang membawa penulis dari Jakarta ke Yogyakarta November 2021 lalu tidak mengecewakan. Ruang kaki lebih lapang. Ruang kompartemen penyimpanan barang di atas lebih dalam dan agak cekung. Sepanjang jalan tak ada barang bawaan yang terjatuh.
Kembali ke Jakarta dengan Kereta Mataram di kelas ekonomi. Waktu tempuhnya lebih lama dua jam dari Taksaka. Kereta ini berhenti lebih sering. Penulis berkesempatan memandangi stasiun-stasiun kecil. Stasiun-stasiun lama itu sebagian besar sudah terkena sentuhan revitalisasi. Mereka munculkan kambali keindahan dari masa lalu. Abad Milenium di stasiun-stasiun tersebut diwakili dengan standardisasi peron yang ditinggikan.
Bagian terbaik dan terindah di jalur Jakarta-Yogyakarta mulai selepas Stasiun Purwokerto hingga Stasiun Kroya. Rangkaian pegunungan membentengi sawah, ladang dan kebun, melintasi terowongan-terowongan legendaris dan menyeberangi Sungai Serayu yang meliuk bagai seekor naga.
Bagi yang baru pertama kali, atau sudah lama tidak naik kereta, rata-rata impresif dengan perkembangan transportasi darat yang satu ini. Sedangkan bagi penggemarnya, mereka menaikkan standar ekspetasi pengalaman perjalanan di atas kereta. Jadi, ayo naik kereta. Enjoy Indonesia, pelan-pelan saja.*** (Yun Damayanti)