KETUA UMUM GIPI: INDUSTRI PARIWISATA MESTI PERKUAT KOLABORASI DAN KONSOLIDASI

Tourism for Us – Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengajak seluruh pemangku kepentingan pariwisata untuk memperkuat kolaborasi dan konsolidasi. Jika selama ini masing-masing pemangku kepentingan industri pariwisata terkesan berjalan sendiri maka mulai saat ini kolaborasi dan konsolidasi mesti dilakukan secara sistematis.

Hariyadi Sukamdani,Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia [GIPI] 2022-2027. [Foto; ist.]

Dalam mengkonsolidasikan pemangku kepentingan pariwisata, GIPI dibawah kepemimpinan Hariyadi Sukamdani yang baru saja dipilih sebagai Ketua Umum, akan memperkuat struktur organisasi GIPI; mengupayakan seluruh pemangku kepentingan di sektor pariwisata bergabung dengan GIPI; membuat program kerja organisasi yang melibatkan peran aktif seluruh perwakilan pemangku kepentingan yang ada di GIPI; dan mengaktifkan kembali Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) dan penguatan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) yang sudah lama tidak berjalan walaupun diamanatkan di dalam Undang-undang Pariwisata Nomor 10 Tahun 2009.

Selain itu, GIPI juga akan mendorong regulasi yang kondusif untuk sektor Pariwisata. Di antaranya dengan: mengawal amandemen Undang-undang  Kepariwisataan; monitoring, evaluasi dan usulan rekomendasi atas undang-undang beserta turunannya yang terkait sektor pariwisata; mengajukan usulan regulasi baru yang mendorong pertumbuhan pariwisata; dan menjajaki pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) dan mengupayakan pembagian pajak pariwisata untuk pertumbuhan industri pariwisata.

‘’Terkait konsolidasi pemangku kepentingan pariwisata, kami berencana mengajak pemangku kepentingan lainnya bergabung bersama GIPI. Asosiasi desa wisata dan layanan-layanan jasa khusus seperti pemandu ecotourism, itu belum bergabung. Kami juga akan melakukan pendekatan dan mengajak board of representative international airlines di Indonesia, Organda, INSA dan lain-lain. Sedangkan untuk mengkonsolidasi pemangku kepentingan yang sudah bergabung akan diaktifkan melalui event-event di 2023,’’ ujar Hariyadi.

Calendar of Event (COE) akan jadi salah satu program rutin yang dikerjakan oleh GIPI. Mulai tahun depan, COE diaktifkan kembali. COE disusun dan dibuat setiap tahun.

Setiap program yang akan dimasukan ke dalam COE akan melalui proses kurasi. Event yang ada di dalam COE telah dipastikan waktu dan tempatnya. Penyelenggaraan event batal hanya bila terjadi kejadian luar biasa.

‘’Jadi event dalam COE tidak ada lagi yang tiba-tiba batal atau waktunya bergeser. Itu sudah tidak boleh lagi kita lakukan. Kecuali ada kejadian luar biasa seperti pandemi,’’ kata Ketua Umum GIPI.

Terkait dengan pemasaran  pariwisata, GIPI melihat penting bagaimana membuat orang tetap mau bepergian. Momen ini harus dapat dijaga. Untuk mengisi low season di bulan September dan Oktober akan dibuat program-program di antaranya paket-paket menarik dengan harga terjangkau agar pasar tetap stabil.  

Untuk mendorong orang tetap bepergian, GIPI semaksimal mungkin akan berkolaborasi dengan maskapai-maskapai penerbangan nasional. Walapun saat ini tantangannya adalah harga tiket pesawat yang mahal karena perang Ukraina-Rusia telah memicu harga bahan bakar avtur naik. Selain itu, armada yang terbatas membuat pasokan kursi berkurang dan frekuensi layanan penerbangan belum sepenuhnya kembali seperti sebelum pandemi Covid-19.

Hariyadi menambahkan, ‘’Kita monitor, melihat data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, okupansi hotel naik. Kenaikan itu terlihat terutama pada masa liburan Lebaran. Sekarang yang ramai adalah Lampung, Yogya, dan Kalimantan Timur. Sementara, okupansi di Bali belum naik signifikan karena, salah satunya, harga tiket pesawat ke Bali cukup tinggi. Harga tiket pesawat itu mengikuti dynamic rate.’’

Yogya dan Lampung ramai karena wisatawan bisa menempuhnya melalui jalan darat. Kedua destinasi itu diuntungkan dengan keberadaan jaringan tol Trans Jawa dan jalan tol Sumatera. Khususnya Lampung, destinasi ini menerima wisatawan dari Palembang dan Jakarta. Lalu lintas di ruas jalan tol Lampung-Palembang semakin ramai. Sedangkan Kalimantan Timur, keberadaan ibukota negara baru membuat lalu lintas pejalan naik.

GIPI akan meningkatkan kualitas destinasi-destinasi yang sudah ada. Lalu mempromosikan destinasi-destinasi baru.  Dengan demikian diharapkan dapat mengedukasi para pelaku pariwisata di destinasi untuk menjaga kualitas produk dan layanannya agar pariwisata baik domestik maupun mancanegara (inbound) bisa terus tumbuh.*** (Yun Damayanti) 



1 thought on “KETUA UMUM GIPI: INDUSTRI PARIWISATA MESTI PERKUAT KOLABORASI DAN KONSOLIDASI”

Leave a Reply to Isharyadi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *