INDONESIA ECOTOURISM FAIR 2024: ETALASE PRAKTIK KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN OLEH MASYARAKAT, BANGKITKAN KEBANGGAAN LOKAL

Tourism for Us – Dengan artificial intelligent (AI) orang mudah sekali mendapatkan informasi. Tetapi dalam lansekap pariwisata, khususnya di subsektor ekowisata, kemudahan itu tidak serta merta membuat wisatawan menemukan orang yang baik dan tepat untuk pengalaman ekowisata sesungguhnya. Maka ajang pameran khusus ekowisata Indonesia Ecotourism Fair 2024 (IEF) menjadi platform untuk menghubungkan calon wisatawan dengan para pengelola lokal yang bertanggung jawab dan akuntabel.

Indonesia Ecotourism Fair 2024 dengan highlight Explore Kalimantan Fair 2024 (XKF) telah berlangsung pada 2-3 November 2024 di Sarinah Thamrin Jakarta. Pameran khusus ekowisata pertama ini diikuti oleh 35 komunitas yang menempati 22 booth. Komunitas-komunitas bergotong-royong dan saling mendukung untuk dapat mengikuti pameran. Mereka berbagi biaya agar dapat hadir dan bertemu langsung dengan calon wisatawan. 

‘’Kami melihat animo saat ini. Kemajuan teknologi semakin pesat. Sehingga banyak wisatawan sudah datang dan mereka deal sama orang lokal. Di sisi lain, teknologi itu membawa banyak orang baru tapi sebenarnya kurang paham. Sampai sini accountability dan reliability-nya masih kurang. Sehingga kalau mereka (wisatawan, red.) bisa bertemu dengan orang-orang lokal yang sudah dilatih, punya tanggung jawab, sudah punya accountability, tentu mereka akan merasa nyaman, kan? Jadi itu alasan diadakannya IEF ini,’’ ujar Ary S. Suhandi, Chairman, Executive Director INDECON.

Indonesia Ecotourism Fair 2024 merupakan penyelenggaraan pertama kali. Sementara Explore Kalimantan Fair memasuki penyelenggaraan kedua tahun ini.

Peserta pameran XKF tahun lalu melaporkan bahwa mereka memperoleh transaksi kunjungan wisatawan ke destinasi tidak lama setelah pameran. XKF memberi inspirasi bagi komunitas-komunitas lain mau ikut berpameran. Mereka mendorong agar pameran diperluas meliputi komunitas-komunitas di seluruh Indonesia. Dan berangkat dari kesuksesan tersebut, tidak hanya penyelenggaraan XKF yang berlanjut tetapi juga mendorong digelarnya Indonesia Ecotourism Fair.

‘’Indonesia Ecotourism Fair ini yang pertama. Sedangkan Explore Kalimantan Fair yang kedua kali. Indonesian Ecotourism Network (INDECON) menginisiasi sekaligus mengorganisasi penyelenggaraan XKF dan IEF. Tujuan kami menyelenggarakan IEF agar calon wisatawan menemukan operator lokal yang reliable dan accountable. Jadi IEF adalah pameran B-to-C,’’ tutur Ary.  

Penyelenggaraan XKF 2024 didukung oleh Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Kalimantan. TFCA adalah Divisi Program dari Yayasan Kehati. Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Berau turut menjadi kontributor pengisi konten pameran.

INDECON mengkurasi peserta pameran. Penilaiannya terutama pada mereka yang menjalakan prinsip-prinsip kegiatan wisata bertanggung jawab yang mengarah pada pariwisata berkualitas (quality tourism) dan pariwisata hijau (green tourism).  

Untuk XKF 2024, INDECON membantu mengkurasi produk dan memilih operator tur lokalnya. Di Pulau Kalimantan INDECON membina enam operator tur lokal. 

Pembinaan terhadap operator tur lokal supaya sejalan antara pengelola orang lokal dan operator tur selaku penjual. Kedua pihak ini harus bergerak bersama-sama untuk menghasilkan pariwisata berkualitas.

‘’Kalau pariwisata itu dikelola dengan baik justru dia akan memberikan manfaat banyak. Tetapi kalau pariwisata tidak dikelola maka dia akan memberikan dampak negatif yang tinggi pula. Kami di sini bukan untuk membuat tur keseluruhan tapi mengkoneksikan daya tarik ekowisata lokal, pengelola orang lokal dengan operator-operator tur lokalnya,’’ terang Ary.

Lanjutnya kemudian, ‘’Bagaimana kita mengarahkan mereka untuk mengharmonisasi kegiatan ekonomi dan kelestarian lingkungan serta budaya sebagai aset. Sehingga kita selalu mengarahkan untuk mencintai alam, mengapresiasi alam, kemudian mengajak pemerintah untuk mengelola destinasinya dengan mekanisme yang baik dan benar.’’

Ary mencotohkan komunitas lokal pengelola pantai Tiga Warna di Malang Selatan. Salah satu peserta IEF 2024 asal Jawa Timur itu mengelola kawasan pantainya dengan menerapkan reservasi, pengunjung yang mau masuk dicek dulu sampahnya dan sebagainya. Mereka benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekowisata.

Kemudian komunitas Waerebo di Flores, Nusa Tenggara Timur. Ary mengungkapkan, kampung adat yang mendapatkan pengakuan dunia itu baru  saja menetapkan kuota. Saat ini mereka menetapkan kuota 50 orang per hari. Kuota itu hanya berlaku di kampung yang ada di bawah. Sedangkan kampung yang berada di atas disterilkan. Dan untuk mengunjungi Waerebo wisatawan akan diminta untuk medaftar reservasi terlebih dahulu.

Penetapan kuota di kampung adat Waerebo tidak diputuskan oleh satu pihak saja. Dalam prosesnya ada perhitungan berapa jumlah warga yang tinggal di sana. Kemudian didiskusikan jumlah kunjungan dikali jumlah pendapatan. Dari situ dibuat rancangan reservasi dan berapa biaya yang pantas dibayarkan oleh wisatawan. Untuk mendukung rencana aksi tersebut, pengelola lokal menggunakan jaringan internet dari Starlink. Dan semua itu akan dilalui oleh komunitas Waerebo secara bertahap.

‘’Prinsip ecotourism-nya diterapkan. Karena itu pemain baru tidak bisa sekaligus menerapkannya. Itu memang berat. Tapi kita bina step by step agar semua prinsip bisa diterapkan,’’ kata Ary.  

Yusdi N. Lamatenggo, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Papua Barat Daya, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan IEF 2024. Menurutnya, komunitas ekowisata jarang diangkat. Kalaupun ada di pameran porsinya kecil. Dia berharap IEF bisa menjadi lebih besar lagi.

‘’Kita bisa lihat. Di sini menampilkan bagaimana praktik-praktik ekowisata di masyarakat. Teman-teman di sini bisa saling belajar dengan teman-teman yang lain. Ini masing-masing daerah kan beda-beda nih. Ada spesifiknya masing-masing. Paling tidak bisa belajar. Harapan kita, teman-teman dari Papua Barat Daya pulang bawa banyak teman, jaringan, info baru. Dan kembali kita ke Papua bisa lebih mengembangkan lagi dengan apa yang mereka lihat di sini. Yang penting adalah mereka bisa memperluas jaringan,’’ kata Yusdi.

Yusdi, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, juga menyampaikan, Raja Ampat sekarang sudah masuk dalam destinasi pariwisata prioritas. Pemerintah daerah terus menggenjot 3A terutama amenitas dan atraksi di sana.

‘’Provinsi Papua Barat Daya bukan hanya Raja Ampat. Kami punya tempat-tempat lain. Ada Kabupaten Sorong, Tambraw. Mereka juga punya keindahan alam yang luar biasa. Semuanya itu ekowisata. Dan tugas kami di pemerintahan adalah terus menyempurnakan, terus membangun 3A, akses, amenitas dan memperbaiki atraksi yang dimiliki,’’ pungkasnya. 

Sehari sebelum IEF 2024 dan XKF 2024, digelar Temu Jaringan Ekowisata Indonesia (TJEI) di Tebet Eco Park, Jumat (1/11/2024). TJEI tahun ini merupakan pertemuan ke-10. Pertemuan jaringan ekowisata Indonesia itu adalah event tahunan yang diselenggarakan oleh INDECON.***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *