KLAIM LAHAN KEMAH DI GUNUNG: EDUKASI ETIKA PENDAKIAN UNTUK PETUALANGAN AMAN

Tourism for Us – Pendakian gunung semakin meningkat, namun kesadaran akan pentingnya menjadi pendaki yang bertanggung jawab dan menghormati kelestarian lingkungan masih tergolong rendah. Untuk menjadikan pendakian yang aman, nyaman, dan ramah lingkungan, kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, pelaku pariwisata gunung, organisasi lingkungan, dan komunitas pendaki sangatlah penting.

(Credit to: Harley B. Sastha)

Rahman Mukhlis, Ketua Umum Asossiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), mengungkapkan bahwa kondisi saat ini pendaki/pengunjung kurang mempunyai kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap faktor kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan ketika melakukan pendakian di gunung.

Dalam siaran pers mengenai tanggapan APGI atas klaim lahan kemah/perkemahan di kawasan pendakian gunung yang viral saat ini, sebagai organisasi resmi pemandu gunung di Indonesia, APGI mendorong seluruh pelaku wisata pendakian untuk mematuhi aturan di tiap kawasan, termasuk soal penggunaan lahan kemah/perkemahan. Klaim sepihak bertentangan dengan etika dan regulasi yang berlaku.

Gunung adalah ruang publik yang digunakan/dimanfaatkan bersama. Oleh karena itu, pendakian merupakan aktivitas yang mengedepankan rasa saling menghormati dan menjaga solidaritas. APGI mengecam tindakan pengusiran atau pengklaiman lokasi lahan kemah/perkemahan, yang dapat merusak hubungan antarperndaki.

Setiap pengunjung, baik pendaki maupun pelaku pariwisata gunung, harus memahami bahwa kawasan pendakian adalah ekosistem yang rapuh. Klaim lahan tanpa kendali berisiko merusak vegetasi, habitat satwa, dan keaslian lingkungan. APGI menyerukan penerapan prinsip LEAVE NO TRACE dalam setiap kegiatan di gunung agar setiap aktivitas manusia yang dilakukan di sana tetap dapat melindungi alam dan satwa liar.

APGI juga menyatakan berkomitmen untuk membina pemandu gunung melalui pelatihan, sertifikasi, dan konsultasi agar memberikan layanan yang aman, etis, dan ramah lingkungan. Seluruh anggota APGI wajib menjunjung tinggi kode etik profesi.

‘’Kami sedang mendalami data dan informasi di lapangan (terkait klaim lahan kemah/perkemahan). Jika kami menemukan ada oknum anggota yang terlibat dan terbukti menyalahi kode etik dan perilaku profesi, akan kami tindak lanjuti sesuai peraturan organisasi APGI,’’ kata Ketua APGI.  

APGI mengajak seluruh operator tur/biro perjalanan wisata khususnya wisata gunung, pendaki, dan pengelola kawasan untuk bersama-sama menciptakan ekosistem wisata pendakian gunung yang adil, harmonis, dan berkelanjutan. Asosiasi ini siap bekerja sama dengan semua pihak dalam menjaga integritas dan kelestarian gunung sebagai ruang publik.

‘’Peran berbagai pihak dibutuhkan untuk berkolaborasi: untuk sosialisasi, edukasi terkait dengan regulasi yang ada, etika berkegiatan, juga membekali kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang dibutuhkan untuk dapat menjadi pendaki yang bertanggung jawab agar bisa mewujudkan wisata pendakian gunung yang aman, nyaman, dan ramah lingkugan,’’ ujar Rahman.  

Dia menambahkan, ‘’Industri wisata gunung yang semakin berkembang pesat ini juga perlu pengembangan dari berbagai aspek tata kelola wisata pendakian gunung yang melibatkan para pihak terkait.’’  

Hal ini menunjukkan bahwa perlu upaya yang lebih besar dalam mendidik para pendaki tentang dampak aktivitas mereka terhadap alam. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan program edukasi, pengelolaan jalur pendakian yang lebih baik, serta inisiatif pelestarian yang dapat menjaga keindahan alam untuk generasi mendatang. ***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *