WISATA TELUSUR TAMBANG TIMAH DI BELITUNG
Tourism for Us – Open pit di Kelapa Kampit merupakan saksi sejarah pertambangan timah di Pulau Belitung. Rentang waktu penambangan timah terbuka terbesar yang pernah beroperasi di Asia Tenggara itu mulai dari zaman eksplorasi oleh Belanda sampai dengan pengusahaan terakhir yang dioperasikan oleh sebuah perusahaan dari Australia. Penambangan timahnya telah berhenti beroperasi sejak 1997-1998 pada saat krisis moneter. Sekarang open pit menjadi atraksi wisata dan bagian penting taman bumi (geopark) Belitung.

Bagi pecinta geopark dan heritage ada baiknya mengikuti Timah Trail yang berujung di open pit. Level medan trekking mudah hingga sedang dengan waktu tempuh sekitar 45 menit dari tempat parkir mobil sampai ke puncak bukit. Trail melewati ladang merica warga, semak belukar dan hutan sekunder.
Di jalur trail bisa melihat situs-situs penambangan timah di Kelapa Kampit. Rata-rata situsnya berupa reruntuhan yang sudah tidak utuh lagi dan tersembunyi di antara semak belukar lebat. Situs pertama dan relatif masih utuh adalah stoven yakni sebuah menara cerobong asap dari tempat pembakaran timah. Tempat pembakarannya berada di dalam tanah tapi sudah tidak bisa dilihat lagi. Itu adalah satu-satunya stoven yang tidak dihancurkan oleh Jepang sebelum menyerah kepada sekutu.
Tidak jauh dari stoven tampak sisa-sisa reruntuhan dari pondasi dan beberapa bagian dinding rumah mess staf Belanda di penambangan. Bangunan-bangunan lain tempat ekstraksi bijih timah sudah hancur. Tinggal cerita dari warga lokal yang masih merawat ingatan dan kenangan dari kakek-kakek, ayah-ayah dan paman-paman mereka yang pernah bekerja di penambangan itu.
Belanda membangun tunnel (terowongan) di bawah tanah untuk menambang timah di timur Pulau Belitung. Di bawah permukaan tanah di sekitar stoven ada sembilan tingkat terowongan bawah tanah. Kedalamannya mencapai lebih dari 60 meter. Beberapa terowongannya terhubung dengan terowongan-terowongan di open pit di puncak Gunung Kikarak.
Timah yang ditemukan di Belitung dalam bentuk bubuk atau tepung. Perusahaan Belanda membakarnya kemudian dibentuk jadi lempengan atau tablet. Sedangkan perusahaan Australia yang mengusahakan tambang berikutnya membawa timah dalam bentuk bubuk.
Timah di Belitung masih terus dieksploitasi sampai saat ini. Menurut masyarakat lokal, tanah di halaman rumah pun mengandung timah. Di jalur trail menuju puncak bukit mungkin sekali bertemu warga yang baru pulang dari menambang timah secara tradisional.
Ceruk bekas tambang telah terisi air dan membentuk sebuah danau. Dari puncak sampai ke tepian danau open pit pengunjung sebenarnya menuruni enam tingkat terowongan dengan kedalaman sekitar 42 meter.
Kedalaman danau open pit diperkirakan lebih dari 60 meter. Dasar danau berupa pasir penghisap. Oleh karena itu pengunjung dilarang berenang di situ. Ada satu terowongan yang dibuka dan cukup aman dimasuki. Namun pengunjung dilarang untuk memasuki terowongan lebih jauh demi keselamatan.
Sekarang pengunjung bisa menuruni dan menaiki sisa jalur penambangan lebih nyaman dan aman. Dengan berjalan kaki santai bisa ditempuh 10-15 menit per trip atau total 20-30 menit bolak-balik. Tapi jarak itu bisa ditempuh lebih lama karena alam telah memahat dinding open pit menjadi karya seni alami nan indah. Setiap warna dan bentuk bebatuan yang terserak di jalur trail maupun dinding tebing bercerita bagaimana proses Pulau Belitung terbentuk dan kekayaan mineral yang dikandungnya.
Pembenahan Open Pit Kelapa Kampit sebagai obyek daya tarik wisata berlangsung selama empat tahun sejak 2018. Pembenahan dilakukan setelah Belitung ditetapkan jadi taman bumi. Atraksi ini sekarang dikelola oleh Badan Pengelola Open Pit Nam Salu. Pengunjung akan diberikan kelengkapan keselamatan yang diperlukan. Sepanjang jalur hingga terowongan bekas tambang telah dilengkapi papan informasi dan petunjuk keselamatan. Selain itu juga ada fasilitas toilet umum dan tempat beristirahat di pos jaga.
Pengunjung wajib mematuhi setiap petunjuk guna menjaga keamanan dan keselamatan diri selama berada di open pit. Ini adalah kawasan bekas tambang yang rentan. Badan pengelola telah melengkapi informasi terkait open pit dengan barcode. Kami sangat merekomendasikan perjalanan Timah Trail dilakukan dengan ditemani seorang pemandu lokal yang memahami seluruh aspek kisah timah di Belitung. Karena Timah Trail merupakan sebuah perjalanan off-the-beaten yang nyaris tidak diketahui oleh turis.***(Yun Damayanti)