APA SAJA YANG DICARI WISNUS DALAM MERENCANAKAN PERJALANAN WISATA DI MASA PANDEMI?

Tourism for Us – Dalam merencanakan perjalanan wisata pada masa masih pandemi seperti sekarang, wisatawan Nusantara (wisnus) mencari destinasi yang punya aksesibilitas serta kejelasan dan kepastian informasi di destinasi. Setelah itu, barulah harga ikut menentukan keputusan ke mana wisnus hendak pergi.

Mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan mesti dilakukan baik oleh pelaku industri pariwisata maupun wisatawan yang berkunjung.(Foto:Kemenparekraf)

Wisnus dari kelas menengah-atas yang merencanakan berwisata keluar kota, mereka memastikan dahulu aksesibilitas menuju destinasi. Misal, untuk menuju destinasi diperlukan moda transportasi udara. Mereka akan mengecek ketersediaan layanan penerbangan dan jadwalnya. Kemudian, mereka membutuhkan informasi yang jelas dan pasti, mulai dari sebelum berangkat, setelah tiba di tujuan, dan setelah mereka kembali ke kota asalnya. Ini termasuk persyaratan perjalanan apa saja yang mesti dipersiapkan seperti tes rapid/PCR, ketentuan bagasi berbayar atau tidak untuk LCC, peraturan karantina lokal, dan bagaimana aturan protokol kesehatan (prokes) dijalankan di daerah.

Untuk saat ini, Bali, Jogja, dan Labuan Bajo menjadi destinasi paling banyak ditanyakan dan dicari oleh wisnus. Ketiga destinasi wisata tersebut dinilai punya kepastian aksesibilitas. Sedangkan terkait kejelasan dan kepastian informasi keamanan perjalanan dan pelaksanaan prokes di setiap daerah, kerap kali masih membuat wisnus bingung dan keyakinannya jadi berkurang. Untuk mengatasinya, perlu upaya lebih dari semua pihak agar prokes dilakukan dengan standar yang sama dan tidak berbeda-beda di setiap daerah. Walaupun pada masa sekarang peraturan bisa berubah-ubah sewaktu-waktu, hal tersebut mestilah dapat disampaikan dalam suatu informasi yang jelas, valid dan pasti serta didistribusikan melalui berbagai kanal.

Wisnus sekarang jalan-jalan dalam kelompok yang lebih kecil. Pada umumnya antara empat, delapan, sepuluh orang. Mereka berasal dari satu lingkungan yang sama seperti keluarga dan komunitas. Mereka saling mengenal dan yakin atas kondisi kesehatannya masing-masing.

Bepergian dengan kendaraan pribadi dinilai jadi pilihan paling aman saat ini. Hal itu telah melahirkan bentuk perjalanan baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya oleh wisnus. Misal, dalam suatu perjalanan kembali ke Jakarta dari Jogja, suatu keluarga bisa secara spontan singgah di beberapa destinasi. Mereka menginap, mengunjungi daya tarik wisata, belanja kuliner dan oleh-oleh di setiap daerah yang disinggahinya. Jogja-Jakarta yang bisa ditempuh dalam sehari dengan kondisi jaringan jalan tol saat ini, bisa jadi molor sampai seminggu. Pola perjalanan wisata overland yang biasanya identik dengan produk untuk pasar wisatawan mancanegara, karena pandemi, akhirnya wisnus pun mengenal pola perjalanan ini. (Walaupun sebenarnya, sebagian besar orang Indonesia melakukan perjalanan overland dalam rangka mudik setiap tahun-red.).  

“Betul. Kami menerima banyak pertanyaan dan permintaan perjalanan overland, bahkan untuk rute Jawa-Bali, dari pasar domestik,“ ujar Hasiyanna Ashadi, Ketua ASITA Jakarta.

Maka dalam sambutannya saat membuka ASITA Jakarta Travel Mart 2021, Kamis (17/6/2021), Hasiyanna menegaskan, prokes harga mati. Penegakan prokes dilakukan agar bagaimana masyarakat semakin sadar dan mau patuh. Sosialisasi apa itu prokes dan bagaimana melakukannya juga tidak boleh kendur karena sebagian masyarakat ada yang belum paham. Bagi masyarakat yang sudah patuh, penegakan prokes yang konsisten, paling tidak, bisa memberikan perasaan dihargai sehingga mereka tidak abai.

Kesadaran dan kepatuhan masyarakat menjalankan prokes, juga wisnus yang tidak mengabaikan prokes, akan mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pelaku industri pariwisata yang sudah taat dan mau berkomitmen untuk konsisten menjalankannya.***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *