KENALI KEBIASAAN MAKAN MASYARAKAT DI NEGARA TARGET PASAR DALAM MEMPROMOSIKAN KULINER INDONESIA

Tourism for Us – Agar promosi pariwisata Indonesia melalui kuliner berjalan efektif, kita cari tahu dahulu kebiasaan makan masyarakat di pasar yang dituju. Kebiasaan makan ini berhubungan dengan bagaimana cara mereka mempersiapkan makanannya. Pada saat yang sama, kita juga sepakat dulu atas standar rempah-rempah yang digunakan dalam membuat bumbu dasar makanan-makanan tertentu yang dipilih sebagai National food. Supaya presentasi kita tidak salah arah dalam memperkenalkan makanan Indonesia kepada bangsa lain.

Rempah-rempah yang digunakan untuk membuat bumbu masakan Indonesia mungkin terlihat rumit.Tapi di situlah letak otentisitas Indonesia sebagai negeri rempah.(Foto: Birkompublik Kemenparekraf)

Kawasan Eropa bisa dikatakan pasar potensial bagi pariwisata Indonesia. Belanda, Jerman, Inggris, Perancis merupakan pasar-pasar tradisional pariwisata kita. Dari semua negara Eropa, ikatan emosional warga Belanda dengan Indonesia yang paling kuat. Mereka tahu betul dan sangat menyukai makanan Indonesia.

Hanya saja, menurut mereka memasak seperti resep asli masih terlalu rumit. Sedangkan pada umumnya, mereka tidak suka berlama-lama memasak. Jadi pilihannya menggunakan bumbu masak instan. Tetapi, orang Belanda tidak menggunakan bumbu masak instan untuk memasak nasi goreng dan mi goreng karena bumbunya masih cukup mudah dibuat sendiri.

Jerman punya kebiasaan mirip dengan Belanda. Mereka sama-sama tidak suka memasak yang terlalu rumit dan menghabiskan waktu lama dalam kesehariannya. Warga Jerman selalu tertarik setiap kali menyaksikan demo masak makanan Indonesia. Dengan menampilkan bahan-bahan dan rempah-rempah segar, kemudian diracik di hadapannya, mereka mengerti dari mana sumber kelezatan makanan Indonesia berasal. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian dari mereka ada juga yang menggunakan bumbu-bumbu masak instan dengan pilihan yang cukup kaya. Bumbu masak instan semakin mudah didapat di pasar-pasar swalayan Asia.

Sebaliknya, masyarakat di bagian selatan Eropa selalu menggunakan bahan-bahan asli dan segar. Orang Perancis tidak pernah menggunakan bumbu masakan instan. Selain menggunakan bumbu segar, mereka memakai rempah-rempah asli yang sudah dikeringkan misalnya basilique,  herbes de provence,  origano dan lain-lain. Para chef di Perancis memakai bumbu-bumbu segar untuk memasak apapun. Sekarang mereka lebih banyak lagi menggunakan bahan-bahan organik yang dibudidaya dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Anita Sobron, pemilik Restaurant Indonesia di Paris menjelaskan, sejak restorannya berdiri tahun 1982 tidak pernah menggunakan bumbu instan.

“Kami selalu menggunakan bumbu segar dan memakai resep asli Indonesia. Menurut saya, kita harus membela masakan Indonesia dengan bumbu-bumbu segar dari rempah-rempah asli. Karena itulah kekayaan dan trade merk Indonesia. Selain itu, bumbu masakan Indonesia bisa dikatakan mengandung obat-obatan. Bumbu kita berasal dari akar-akaran, daun-daunan, buah-buahan. Itu semua sangat sehat bagi tubuh kita,” ujar Anita.

Kita pun bisa belajar dari Chef Oscar Urzelai, pendiri Txoko Restaurant di Jakarta Selatan, mengenai hubungan otentisitas rasa dan kebanggaan suatu bangsa. Txoko adalah restoran yang menyajikan makanan otentik Basque, Spanyol.

Chef Oscar yang berasal dari Basque menjelaskan, ada sembilan rempah utama dalam masakan Spanyol yakni Saffron, PIMENTÓN, ÑORA, Laurel, Garlic, Rosemary, Cayenne Pepper, Oregano, dan parsley. ÑORA dan CAYENNE PEPPER menjadi penentu rasa otentik kuliner Spanyol. Kedua rempah itu merupakan kebanggaan nasional. Walaupun sulit, untuk menyajikan masakan khas Spanyol di luar negeri kedua rempah tersebut tetap digunakan dan dalam bentuk segar. Karena  cita rasa yang dihasilkan dari bahan dan rempah segar tidak bisa digantikan begitu saja.

Pilihan menggunakan bahan-bahan asli dan segar jadi penting karena makanan Spanyol dibuat dengan cara slow cooking. Hal itu dipengaruhi kebiasaan makannya. Waktu makan mereka lebih lambat. Waktu makan siang antara pukul 2 sampai 3.30 dan waktu makan malam antara pukul 10.00 sampai 11.00.

We don’t use instant food. We opt more to long cooking dishes,” ujar Chef Oscar. Nah, kebiasaan tersebut juga terbawa ketika mereka memasak makanan lain misalnya makanan Asia.

Bumbu masak makanan Indonesia mungkin terlihat rumit. Beragam rempah yang digunakan untuk membuat bumbu itulah letak presentasi sebenarnya dari negeri rempah.***(Yun Damayanti)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *