GEOWISATA JADI TREN STAYCATION DI BANDUNG

Pegiat geowisata siapkan interpretation tour agar mudah diakses oleh siapapun.

Tourism for Us – Indonesia punya potensi mengembangkan beragam produk geowisata. Harapan besar diletakan di sub sektor pariwisata ini: menghasilkan produk perjalanan yang memberi dampak ekonomi, menumbuhkan kesadaran semua pemangku kepentingan dalam merencanakan penataan wilayah yang lebih memperhatikan kondisi alam, dan melatih keterampilan mitigasi bencana.

Peminat aktivitas trekking bertambah selama PPKM.(Foto: Daniel Nugraha/Exotic Java Trails)

Aktivitas jalan-jalan ke curug (air terjun) dan trekking di sekitar tempat tinggal tampaknya semakin jadi pilihan warga Bandung pada khususnya, dan di Jawa Barat pada umumnya, untuk mengisi staycation. Trekking merupakan bagian dari aktivitas geowisata. Kegiatan fisik di luar ruang itu membawa trekker menelusuri bentang alam dan menemukan keindahan pada artefak geologis di sepanjang jalur yang dilalui seperti bebatuan dan dinding tebing ngarai, aliran kali-kali, hingga air terjun-air terjun dari yang kecil hingga yang paling tinggi. Siapa sangka kegiatan satu ini justru diminati oleh masyarakat selama masa PPPKM.

Merujuk pada unggahan-unggahan di berbagai platform media sosial, geowisata yang sedang naik daun itu bertujuan rekreasi, mengagumi keindahan alam. Ada permintaan dari kelompok-kelompok kecil yang mulai mencari-cari guided tour. Mereka mau ada yang bisa menjelaskan keindahan alam yang ditemui saat trekking di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Tren tersebut diungkapkan oleh satu operator tur dan komunitas pegiat geowisata di Bandung Raya.

Mencermati perkembangan tersebut, komunitas pegiat geowisata di Bandung Raya mengajak beberapa orang ilmuwan geologi dan ahli yang berkompeten di bidangnya untuk berpartisipasi mengembangkan geowisata yang bisa diakses oleh masyarakat umum. Mereka bersama-sama menciptakan formula produk geowisata yang menarik: berisi informasi mengenai kebumian yang penting sekali untuk diketahui publik, dikemas dan disampaikan secara ringan, dan dapat dilakukan melalui beragam aktivitas yang diminati oleh masyarakat seperti jalan-jalan ke curug, trekking, berkemah hingga touring dengan sepeda dan motor.

Selama ini, geowisata bermuatan program khusus yang syarat kegeologian. Sehingga geowisata dikategorikan sebagai wisata minat khusus. Sasarannya para peneliti, mahasiswa dan pecinta lingkungan saja. Kesannya berat dan membosankan.

Dengan interpretation tour yang tengah disiapkan, aktivitas geowisata seperti trekking menuju curug jadi lebih berisi. Masyarakat memperoleh asupan informasi mengenai kebumian selain menikmati keindahan alamnya. Guided tour dalam geowisata juga bisa berisi edukasi tentang biologi terkait tumbuhan dan satwa, serta humaniora terkait dengan kehidupan warga lokal. Masyarakat akan ditemani oleh ahlinya.

 “Kami melihat, pelancong lokal dan wisatawan domestik semakin teredukasi lebih baik. Inisiatif ini untuk membuat geowisata bisa diinterpretasikan dan diterima oleh lebih banyak orang. Kami sedang siapkan sehingga bisa memenuhi kebutuhan tersebut nantinya. Sebenarnya ini juga penting bagi kita. Agar semua tahu bagaimana mitigasi bencana saat gempa, erupsi gunung berapi, merencanakan pengembangan tata ruang dan lain-lain. Kalau dikemas ringan pesannya akan lebih mudah sampai,“ ujar Daniel Nugraha, seorang travelpreuner dan pegiat geowisata di Bandung Raya.

Banyak daya tarik geowisata di Jawa Barat berada di desa-desa. Sembari mempersiapkan formula geowisata yang lebih mudah diakses, pegiat geowisata juga mendatangi desa-desa untuk berdialog dengan warga.

Kehadiran geowisata diharapkan dapat mendorong masyarakat atau pemilik destinasi memperkaya pengetahuannya terhadap alam dan lingkungan sekitar. Selain itu, membangun kemauan meningkatkan keterampilan mengelola potensi alam menjadi obyek dan produk wisata yang memelihara lingkungan sehingga mempunyai nilai ekonomis berkelanjutan. Sehingga pada akhirnya, masyarakat desa menjadi penuntun bagi pengunjung dan bukan sekedar duduk sebagai penonton dan obyek yang ditonton.

Masyarakat Indonesia hidup di atas tanah yang berada di antara dua lempeng besar Asia dan Australia. Kedua lempeng ini bergerak konsisten. Dari pergerakan itu menciptakan bentang alam yang kita kagumi ketika trekking, berada di bawah air terjun, di puncak gunung, dan melintasi jalan raya. Namun pada saat yang sama, kondisi tersebut menempatkan hidup kita dalam bahaya sepanjang waktu.

Saat kedua lempeng tersebut bersenggol-senggolan puluhan hingga ratusan kilometer di bawah sana, pergerakannya menggoyang daratan yang kita rasakan sebagai gempa. Bila terjadi celah di lautan, dia menghantarkan tsunami ke daratan. Dari pergerakan-pergerakan tersebut bisa membuat tanah berlipat-lipat menjadi gunung. Kalau ada rongga-rongga di dalam tubuh gunung dan tidak kuat lagi menahan tekanan dari dapur magma di dalam perut bumi, dia akan erupsi yang kita sebut gunung meletus.*** (Yun Damayanti)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *