BEGINI PERJALANAN BUDAYA DI SUMBA

Tourism for Us – Pulau Sumba adalah destinasi yang akan menginjeksi seluruh panca indera traveler dengan keunikan dan keindahannya. Pengalaman perjalanan di Tana Humba bahkan telah dimulai dari sesaat sebelum pesawat mendarat hingga lepas landas lagi.

Wairinding,bukit dan savana paling hit di Sumba.(Foto: Yun Damayanti)

Perbukitan dan savana Pulau Sumba adalah landscape eksotis yang memanjakan mata ketika pesawat bersiap mendarat di Bandara Umbu Mehang Kunda di Waingapu Sumba Timur atau di Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya. Kemudian, kita akan mencium bau rerumputan dan tanah yang baru saja dibasahi hujan pada musim penghujan. Dan udara panas dan kering menyergap ketika musim kemarau.

Di sepanjang jalan menuju tengah kota, tidak sedikit di bagian depan rumah warga maupun bangunan-bangunan publik ditandai dengan atap tinggi berbentuk menyerupai menara. Itu memang ciri khas rumah adat sumba. Rumah beratap tinggi sebenarnya diperuntukkan bagi kediaman raja dan bangunan suci tempat melakukan ritual adat, sedangkan rumah-rumah penduduk beratap horisontal. Tampaknya, sekarang atap tinggi serupa menara itu telah dijadikan ikon penanda,“Ini Sumba“.

Orang sumba hidup berkelompok. Sistem itu masih hidup sampai sekarang. Traveler mungkin akan melihat ada sedikit perbedaan-perbedaan di setiap daerah. Dan hal tersebut menjadikan kunjungan ke kampung-kampung selalu menawarkan keunikan.

Pulau Sumba merupakan salah satu pulau terbesar dan utama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlah penduduk yang mendiami pulau tidak padat. Ke manapun traveler pergi, tempat-tempat yang dikunjungi relatif tidak terlalu ramai. Meskipun musim kemarau berlangsung lebih lama daripada penghujan yang membuat udara panas dan hangat sepanjang tahun, kita bisa menghirup udara segar bebas polusi.

Suasana hening menyelimuti seluruh pulau. Sampai desau suara angin pun terdengar jelas. Sesekali angin menghantarkan bunyi ketukan berirama dari alat-alat tenun bukan mesin dari rumah-rumah di padang rumput yang sunyi.   

Ada banyak perubahan yang terjadi di destinasi dalam lima tahun terakhir. Berikut ini pilihan daya tarik-daya tarik yang dapat memberi highlight bagi traveler yang baru akan pertama kali ke Pulau Sumba.

Galeri di Kampung Adat Prailiu. [Foto; Yun Damayanti]

SUMBA TIMUR

Di Sumba Timur, traveler akan “dilempar“ ke masa lampau Pulau Sumba. Atmosfer kuno masih terasa, terutama di kampung-kampung. Mulai dari rumah adat hingga kain tenun ikatnya. Motif-motif klasik itu telah dibuat sejak ratusan atau mungkin ribuan tahun lalu. Motif-motif yang bercerita tentang filosofi hidup orang sumba, keyakinan marapu sampai hubungan perdagangan dan pengaruh India di pulau ini.

Kampung Adat Praingu Prailiu berada di kota Waingapu. Lokasinya relatif mudah dijangkau karena tidak jauh dari jalan raya. Kampung ini ibarat summary dari kampung-kampung adat yang ada di Kabupaten Sumba Timur.

Galeri di Kampung Adat Praingu Prailiu cukup lengkap memamerkan kain-kain tradisional sumba. Di sana pengunjung bisa menemukan tenun ikat dan pahikung (kain songket sumba). Galeri menempati sebuah bangunan rumah adat sumba. Di dalamnya diisi produk-produk dari tenun karya para ina dan rambu (sapaan untuk ibu dalam bahasa Sumba) di kampung tersebut. Produk yang dipamerkan mulai dari helaian kain, sarung hingga aksesoris seperti topi, gelang, kalung, anting dan konektor masker. Pengunjung juga bisa membeli produk-produk yang dipamerkan.

Pohon bakau dengan bentuk unik dalam formasi yang fotogenik membuat pantai Walakiri jadi pantai paling ikonik di Pulau Sumba. Sekarang di sekitar pantai sudah ada toilet, warung, tempat-tempat makan yang menawarkan menu ikan bakar, pisang goreng, kelapa muda, kopi dan teh sampai minuman bersoda dan bir dingin.

Traveler wajib berhenti di Bukit Wairinding sebelum keluar dari perbatasan Sumba Timur. Pemandangan lepas di perbukitan padang rumput tak berujung. Wisatawan terpukau oleh keindahannya. Sedangkan bagi warga lokal di situ tempat melepas ternak.

Sumba Tengah            

Kabupaten Sumba Tengah direncanakan jadi lumbung pangan (food estate). Traveler akan melihat hamparan sawah dan kebun jagung ketika melintasi kabupaten ini. Pemandangan yang bertentangan dengan citra Pulau Sumba yang gersang dan tandus. Tidak, pulau ini sebenarnya subur. Hanya saja sumber-sumber airnya berada jauh di bawah permukaan tanah.

Kampung adat Pasunga berada di jalan raya menuju Sumba Barat. Di kampung adat ini traveler bisa melihat kubur batu, sebuah warisan dari zaman megalitik yang masih berlangsung di Pulau Sumba. Kubur batu selalu berada di bagian depan kampung dan rumah. Ukiran-ukiran pada batu kubur di situ masih tampak jelas.

Pantai Kawona, 15 menit dari Tambolaka. [Foto; Hugo Dalupe/Sumba Tour]

Sumba Barat

Sumba Barat dan Sumba Barat Daya merepresentasikan wajah modern Pulau Sumba. Di kedua kabupaten ini ada banyak kantor perusahaan, bank dan organisasi-organisasi sosial serta toko-toko dan tempat-tempat makan. Suasana perkotaan lebih terasa dibandingkan dengan di timur dan tengah.

Kampung adat Praijing yang telah memenangi beberapa penghargaan relatif mudah dijangkau. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota Waikabubak, ibukota Kabupaten Sumba Barat. Warga kampung adat bergotong-royong membangun fasilitas photo spot bagi pengunjung. Selain itu, warga juga menyewakan jasa sewa kain tenun sumba untuk properti foto.

Masih di Waikabubak. Traveler bisa mencicipi sayur ubi tumbuk. Comfort food ini dibuat dari daun ubi yang ditumbuk bersama beras kemudian dimasak dalam kaldu. Daun ubi dan beras menjadi bubur lembut, ringan dan gurih, lalu disajikan selagi hangat sebelum makanan utama. Pondok Daun Ubi adalah salah satu tempat untuk merasakan kuliner khas Sumba yang satu ini.  

Sumba Barat juga rumah bagi Nihi Sumba, salah satu hotel/resor terbaik yang diakui dunia. Selain itu juga ada Lelewatu Resort Sumba yang tidak kalah menawan.

Dapur Sumba,jaringan restoran lokal dengan outlet di Waikabubak dan Tambolaka. [Foto; Igo]

Sumba Barat Daya

Laguna Weekuri atau Waikuri di Kodi Utara adalah tempat wajib dikunjungi di Sumba Barat Daya (SBD). Air dari Selat Sumba masuk melalui celah-celah dinding karang. Dasar laguna berpasir putih dan lembut. Kedalaman laguna mengikuti pasang naik dan surut air laut. Laguna relatif bersih. Rumpu laut yang terbawa masuk membentuk hati dan posisinya berpindah-pindah mengikuti arus. Menurut saran dari anak-anak di Weekuri, dagu ditongakan sedikit agar kita bisa melihat bentuk hati tersebut dari jembatan kayu yang dibangun di atas tebing. Dan tidak ada yang lebih menyegarkan selain berenang di laguna pada siang hari yang panas.

Pantai Mandorak yang viral di media sosial berjarak sekitar lima menit berkendara dari Laguna Weekuri. Pantai kecil berpasir keemasan itu merupakan tempat sandar kapal-kapal nelayan.

Selain itu, ada juga pantai Kawona, 15 menit dari pusat kota Tambolaka. Pantai terdekat dari kota ini telah dilengkapi dengan deck view. Dan pantai lainnya Manangan Aba berjarak 30 menit berkendara dari kota.

Bila Tambolaka menjadi akhir perjalanan di Sumba, traveler bisa bersantai dahulu di resto dan kafe kekinian sebelum pulang. Di situ menawarkan menu-menu populer. Sedangkan Kafe Talasi di Talasi Retreat, Weetabula, bisa menjadi pilihan lain dalam perjalanan kembali ke kota dari Laguna Weekuri.   

Tambolaka, ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya, lebih ramai dibandingkan dengan Waingapu di timur karena kapasitas bandaranya lebih besar. Paket-paket wisata juga lebih banyak bermula dari sini. Namun, mengakhiri perjalanan di kota itu pun merupakan pelengkap sempurna dalam rute culture trip timur-barat dan pengalaman total di Pulau Sumba.*** (Yun Damayanti)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *