KABUPATEN SIGI PROMOSIKAN POTENSI EKONOMI PARIWISATA RESTORATIF MELALUI FESTIVAL LESTARI 5

Tourism for Us – Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, melalui Festival Lestari 5 hendak mempromosikan potensi ekonomi lestari termasuk di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kabupaten ini ingin menunjukkan kepada calon investor dan publik bahwa pascabencana hebat gempa bumi yang diikuti liquifaksi dan tsunami di akhir bulan September 2018, kemudian pandemi COVID-19, siap untuk memaksimalkan potensi ekonomi dengan tanpa meninggalkan pelestarian alam dan lingkungan. Kabupaten itu sedikit dari daerah di Indonesia yang mempunyai kawasan dilindungi lebih luas daripada kawasan budidaya.

Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta [berbaju putih], Ratih Purbasari Kania, Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam Kementerian Investasi/BPKM [berhijab cokelat], Rama Manusama dari Koalisi Ekonomi Membumi dan Katalys Partners [kanan], Novarian Aditya, Co-Founder Java Kirana [kedua dari kiri] dan Gita Syahrani, Kepala Sekretariat LTKL [paling kiri] dalam jumpa pers Festival Lestari 5, Kamis [8/6/2023], di Restaurant Kaum, Jakarta. [Foto; Yun Damayanti]

Festival Lestari 5 siap digelar pada 23-25 Juni 2023 dan Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi tuan rumahnya. Festival tahun ini mengangkat tema ‘Tumbuh Lebih Baik’.

Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta dalam jumpa pers, Kamis (8/6/2023), di Jakarta, mengatakan, melalui Festival Lestari 5 daerahnya ingin memperkenalkan kekayaan potensi alam dan budaya di Sigi. Lewat festival diharapkan dapat membuka peluang investasi lestari yang mengedepankan aspek perlindungan ekosistem dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga roda ekonomi dapat berputar dan memastikan alam tetap terjaga.

“Kami melihat potensi inovasi basis alam sebagai jangkar bagi pendekatan pengelolaan kawasan yang lebih lestari bagi Sulawesi Tengah, Indonesia, bahkan dunia. Jika kita bergotong royong, model ini bisa dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Restoratif dalam konteks cagar biosfer. Dan membuktikan bahwa dalam kawasan tersebut lingkungan bisa dijaga secara konsisten dan masyarakatnya betul-betul sejahtera,” ujar Irwan.

Ada lima program selama tiga hari festival berlangsung, yakni:

  1. Telusur Rasa Lestari (Sustainable Culinary Journey). Dalam program ini mitra dan undangan festival diajak untuk menggali kembali cerita dan sejarah menu lokal di Kabupaten Sigi. Fetival menggandeng mitra dari Kaum Restaurant Jakarta, Cork & Screw Restaurant, Nasi Peda Pelangi, Masak TV, Parti Gastronomi, dan Kang Duren.
  2. Telusur Wisata & Budaya Lestari. Program ini ditujukan untuk melihat potensi yang bisa dikembangkan di kawasan Danau Lindu yang terkenal dengan laboratorium Lore Lindu kepada mitra dan undangan yang akan hadir baik di forum bisnis dan investasi maupun festival.
  3. Telusur Alam Lestari. Mitra dan undangan akan diajak untuk mengunjungi hutan Ranjuri, salah satu hutan purba yang ada di Sulawesi Tengah. Lokasi hutan ini tidak jauh dari kota. Kabupaten Sigi sedang mengembangkan program Adopsi Pohon untuk Hutan Ranjuri berkolaborasi dengan Jejak.in dan Gojek Indonesia.
  4. Petualang Lestari. Atraksi dan pengalaman wisata baru di lokasi Paralayang Wayu, Kabupaten Sigi. Mitra dan undangan akan dibawa ke sini dan akan disajikan kopi Sigi dan durian lezat dari Desa Dombu.
  5. Telusur Komoditas Lestari. Mitra dan undangan akan mengunjungi lokasi produksi komoditas-komoditas yang diangkat. Antara lain, kakao di Desa Omu, bambu di Desa Salua, serta sereh wangi, vanili, dan pengembangan palmarosa di Desa Pulu.

Selain kelima program itu, Festival Lestari juga menghadirkan Forum Bisnis dan Investasi Inovasi Berbasis Alam pertama di Indonesia. Forum bisnis dan investasi ini untuk membuka peluang kerja sama dan kolaborasi multipihak guna mendukung implementasi pembangunan lestari di Indonesia.

Terkait pariwisata lestari, Bupati Sigi menambahkan, ‘’Konsep wisata lestari kami dorong. Sigi pascagempa juga ingin mendapat pendapatan dari pariwisata.’’

Dia pun memberi beberapa contoh potensi di daerahnya yang dapat dikembangkan menjadi produk ekowisata. Di antaranya, Desa Deca yang direncanakan dikembangkan dengan konsep hutan purbakala. Karena di desa itu ada ekosistem hutan dan komunitas masyarakat yang tidak mau merusak hutannya.

Kemudian ada Danau Lindu di dalam kawasan cagar biosfer Lore Lindu. Danau itu juga hendak didorong untuk menjadi daya tarik wisata.

Komoditas-komoditas yang ada di Sigi seperti kopi, kakao, bawang dari Lembah Palu, durian, dan tepung mocaf yang diolah dari berbagai umbi-umbian yang banyak dihasilkan di sana juga direncanakan untuk dikembangkan dengan konsep petik-olah-jual.

Festival Lestari adalah agenda tahunan yang digelar oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), kaukus pembangunan lestari di bawah Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI). Festival ini bagi Kabupaten Sigi menjadi salah satu strategi efektif yang dapat menghidupkan ekosistem pariwisata, ekonomi kreatif dan industri kecil menengah. Lewat festival ini, kolaborasi multipihak tercipta dan memperkenalkan kearifan lokal, budaya, potensi alam, hingga komoditas lokal yang dapat menjadi tumpuan ekonomi masyarakat.

Kepala Sekretariat LTKL Gita Syahrani menambahkan, di dalam forum ini ada lima fokus prioritas yang akan dikembangkan. Pertama, pengembangan ekonomi berbasis multiusaha kehutanan. Kedua, peningkatan produktivitas komoditas perkebunan ekonomi berbasis dan agroforestri dengan praktik berkelanjutan. Ketiga, pengembangan industri hilirisasi berbasis alam menjadi produk bernilai tambah. Keempat, mengembangkan jasa ekosistem. Dan kelima, pengembangan ekowisata.

Danau Lindu. (Foto: LTKL)

Tren investasi sekarang

Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam Kementerian Investasi Ratih Purbasari Kania mengatakan, tren investasi yang mengutamakan dampak (selain keuntungan) semakin meningkat. Banyak investor yang tidak hanya berharap mendapat keuntungan, tetapi juga berharap investasi yang digelontorkan dapat menciptakan dampak baik setelah pandemi COVID-19 dan semakin banyaknya bencana alam karena dampak dari perubahan iklim.

Melihat tren tersebut, Kementerian Investasi/BKPM bekerja sama dengan berbagai pihak meluncurkan Panduan Investasi Lestari pada tahun 2022. Panduan ini dapat dipakai oleh berbagai pihak, khususnya investor, bisnis, dan pemerintah untuk mendorong semakin banyaknya investasi-investasi yang tidak hanya memiliki nilai ekonomi tapi juga berdampak baik. 

Kementerian Investasi bersama-sama LTKL dan kabupaten-kabupaten anggotanya melakukan rangkaian proses ko-kreasi untuk mengembangkan portofolio investasi berkelanjutan di daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berkelanjutan.

Kabupaten Sigi sendiri sudah mulai bereksperimen dengan berbagai cara inovatif termasuk hilirisasi basis alam yang dikembangkan secara kolaboratif bersama mitra dan orang muda daerah sebagai penggerak utama sejak tahun 2020. Salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah ini memiliki Cagar Biosfer Lore Lindu, salah satu dari 19 cagar biosfer di Indonesia. Luas cagar biosfer itu mencapai 1,6 juta hektar. Peran dan fungsi cagar biosfer tersebut sangat strategis sehingga membutuhkan model pembangunan berkelanjutan.***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *