TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING YANG DISUKAI WISMAN KINI MULAI DILIRIK WISNUS

Tourism for Us – Pelayaran di atas sungai berwarna cokelat pekat hingga hitam di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), Kalimantan Tengah, akan membawa pengunjung memasuki salah satu misteri alam terbesar, hutan hujan tropis dan dunia orangutan.

(Photo Credit: Look Orangutan)

Pengalaman perjalanan ‘Sekali Seumur Hidup’

Bila demi melihat komodo pengunjung mesti mengarungi lautan maka untuk bertemu dengan Sang Ratu Hutan Tropis orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) pengunjung mesti menyusuri sungai yang membelah hutan belantara.

Bukit-bukit di pulau-pulau kecil yang tampak mengapung di atas permukaan air nan biru di Taman Nasional Komodo (TNK) sudah menciptakan atmosfir purba bahkan sebelum melihat komodo di Pulau Komodo atau Rinca. Sedangkan di Pulau Kalimantan, sungai berwarna cokelat pekat, Sungai Hitam dan hutan belantara beserta flora dan fauna yang ada di dalamnya adalah suatu dunia tersendiri, penuh misteri yang belum terkuak dan dipahami sepenuhnya oleh manusia sampai sekarang.

Matahari belum beranjak tinggi dari ufuk, udara hangat dan lembab sudah menyergap wisatawan dan pelancong sejak di Dermaga Taman Nasional Tanjung Puting di Kumai, Kotawaringin Barat. Semakin kelotok (houseboat) masuk jauh ke dalam hutan suhu udara semakin sejuk. Angin sepoi-sepoi berhembus ke dek semi terbuka. Air sungai beriak perlahan. Waktu pun berjalan lambat. Hanya ada suara mesin kelotok meraung di tengah suasana nan sepi.

Mendekati tengah hari, suara gemerisik datang dari pepohonan rapat yang mengapit kiri-kanan sungai. Waktunya makan siang penghuni TNTP. Itu juga menandakan saatnya santap siang bagi wisatawan dan pelancong yang sedang berlayar di atas kelotok.

Feeding site merupakan tujuan utama perjalanan di TNTP. Karena di situlah kesempatan terbesar bagi pengunjung bisa melihat langsung dan mengabadikan Sang Ratu, orangutan kalimantan.

Aneka buah ditempatkan di atas panggung dari bilah-bilah kayu. Lalu dari berbagai penjuru, orangutan dan primata lainnya datang untuk menikmati makan siang dan makan malamnya. Mereka tidak memedulikan puluhan pasang mata pengunjung yang sedang memandanginya sambil berdecak kagum. Itulah momentum paling berharga bagi pengunjung.

Ada aturan ketat yang harus dipatuhi baik oleh pengunjung maupun pelaku kegiatan wisata di Taman Nasional Tanjung Puting. Walaupun di situ adalah tempat pemberian makan (feeding site) bukan berarti pengunjung bisa ikut memberi makan. Di luar feeding site pun dilarang untuk memberikan makanan kepada satwa termasuk orangutan. Aturan itu bukan tanpa alasan dan dibuat asal-asalan. Salah satu dampak buruk pemberian makan oleh manusia akan menyebabkan ketergantungan. Mereka nanti tidak bisa lagi bertahan hidup di habitat aslinya di alam. Ingat! Taman nasional tidak sama dengan kebun binatang atau taman safari.

Selain itu, siapapun dilarang membuat suara gaduh atau berisik. Orangutan, juga satwa-satwa liar lain di alam, sangat sensitif terhadap suara. Sedikit saja suara asing terdengar, apalagi sampai gaduh, mereka akan langsung pergi menjauh. Suara bising juga membuat mereka stres.

Pengunjung dan pelaku wisata wajib mengetahui dan memahami hal-hal tersebut selama berada di dalam taman nasional. Orang-orang mau bersusah payah berkunjung karena ingin melihat satwa-satwa itu. Peraturan di taman nasional yang lebih ketat daripada di tempat lain bukan berarti membatasi atau mengurangi pengalaman pengunjung.

Melihat pelangi melengkung sempurna di atas sungai dan hutan setelah hujan berhenti pada sore hari rasanya luar biasa. Dan saat langit semakin gelap, kunang-kunang beterbangan dari dalam hutan seakan hendak menjadi mercusuar dan memandu kapal pengunjung menuju pintu keluar.

Wisatawan yang menginap di dalam TNTP tidak perlu menyetel alarm. Kicauan aneka jenis burung akan membangunkan mereka dari tidur pulas. Embun tipis naik perlahan di atas permukaan air sungai yang tampak tenang. Sinar mentari berusaha menerobos kelebatan dedaunan. Sarapan pagi di tengah lingkungan hutan akan melengkapi pengalaman menakjubkan sekali seumur hidup sebelum pergi meninggalkan area taman nasional.  

Pascapandemi COVID-19, TN Tanjung Puting mulai dilirik oleh pelancong lokal maupun wisatawan Nusantara (wisnus). (Photo Credit: Look Orangutan)

Warlok dan Wisnus penasaran banyak turis asing mau berkunjung ke Tanjung Puting

Kegiatan wisata di Taman Nasional Tanjung Puting semakin meningkat pascapandemi COVID-19. Persewaan kelotok (houseboat) juga semakin menggeliat. Hal ini dibenarkan oleh Bahriansyah, pemilik Look Orangutan, operator tur berbasis di Pangkalan Bun yang mengoperasikan tiga kelotok di TNTP. 

‘’Usaha kelotok atau houseboat sudah menggeliat lagi. Kami punya tiga houseboats. Dua kelotok berkapasitas besar dan satu kelotok yang lebih kecil. Tapi saat ini, kami mengoperasikan dua kelotok besar saja. Satu kelotok lagi, yang lebih kecil, sedang direnovasi agar siap dioperasikan kembali menyambut summer holiday di bulan Juli-September 2024. Periode tersebut adalah high season di Tanjung Puting,’’ ujar Bahriansyah.

Kapasitas kelotok yang lebih besar masing-masing 8 orang dan 12 orang. Dan kelotok terkecil kapasitasnya untuk dua orang (couple).

Paket wisata TNTP paling banyak dibeli adalah paket perjalanan selama 3 hari 2 malam. Ada juga paket perjalanan lebih lama berdurasi empat hingga tujuh hari. Paket yang berdurasi lebih lama memungkinkan wisatawan mengeksplorasi Desa Wisata Sekonyer, berkano masuk sungai-sungai kecil dengan perahu kecil (jukung), atau melakukan kegiatan khusus seperti birdwatching, melihat kupu-kupu, serangga dan lain-lain.

‘’Rata-rata durasi paket perjalanan di Tanjung Puting 3 hari 2 malam. Itu 90 persen paket yang terjual. Itinerary utamanya datang ke tiga titik feeding camp. Itu highlight-nya,’’ kata Bahriansyah.

Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah bersama dengan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur merupakan taman-taman nasional di Indonesia yang mencatatkan jumlah pengunjung asing lebih banyak daripada pengunjung domestik dan lokal.

Menurut pengalaman Bahriansyah, sekitar 79 persen wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke TNTP ialah wisatawan berbahasa spanyol. Mereka bukan hanya warga negara Spanyol tetapi juga ada yang berasal dari Meksiko, Argentina dan lain-lain.

Wisatawan asing dari negara-negara lain jumlahnya tidak banyak. Ekspatriat Jepang dan Korea Selatan termasuk di antara wisatawan Asia yang suka dengan wisata di TNTP.

‘’Banyaknya kunjungan wisatawan berbahasa spanyol mengakibatkan banyak orang lokal secara otodidak bisa berbahasa spanyol,’’ ungkap Bahriansyah.

Lebih lanjut diterangkannya, TNTP merupakan miniatur atau contoh destinasi yang berkembang secara otodidak. Termasuk bagaimana orang lokal menyesuaikan kapal-kapal kayu tradisional yang sejatinya alat transportasi menuju kampung-kampung yang berada nun jauh di dalam hutan. Alat transportasi itu kemudian dimodifikasi sedemikian rupa hingga berfungsi juga menjadi fasilitas penginapan terapung yang layak untuk kegiatan wisata.

Dengan banyaknya kunjungan wisatawan asing maka fasilitas sanitasi kapal terbentuk. Closet duduk dan pancuran air (shower) menjadi standar wajib yang dipenuhi kelotok wisata di TNTP. Selain itu, operator kelotok menyediakan makanan segar yang baru dimasak dengan menu berbeda setiap hari.  

Sekali jalan, setiap kelotok minimal membawa empat orang kru terdiri dari seorang kapten kapal, asisten, juru masak (cook) dan pemandu profesional berlisensi.

‘’Pemandu wisata di sini umumnya bisa berbahasa inggris. Sekarang, tidak sedikit yang juga bisa berbahasa spanyol,’’ tutur Bahriansyah.

Kabar baiknya, setelah pandemi COVID-19, kedua taman nasional dengan masing-masing keeksotisannya itu kini mulai dilirik oleh pelancong lokal maupun wisatawan Nusantara (wisnus).

Dengan adanya ketertarikan tersebut juga untuk membangun minat pelancong lokal dan wisnus, Look Orangutan menawarkan paket perjalanan sehari (day trip) ke TNTP. Pelancong lokal dan wisnus menggunakan kelotok yang sama yang dipakai dalam paket bermalam. Untuk perjalanan sehari, kelotok besar bisa mengangkut 20 hingga 40 orang.

‘’Paket Day Trip dibuat untuk mengakomodasi penduduk lokal yang ingin berwisata ke TNTP. Mereka menggunakan kelotok yang sama untuk perjalanan sehari. Jadi mereka juga bisa merasakan yang bule-bule itu alami. Makanya sekarang kami tidak hanya menawarkan paket full yang seperti biasa, wisatawan mesti menginap di dalam taman nasional. Paket yang biasa pun mulai dibeli oleh wisnus. Meskipun dari jumlahnya belum sebanyak wisman,’’ tutur Bahriansyah.   

Dia menjelaskan lebih lanjut, Look Orangutan menawarkan dua opsi Day Trip. Opsi pertama, Day Trip berdurasi 11 jam. Opsi ini hanya mengunjungi satu feeding site terjauh yakni Camp Leakey. Perjalanan dimulai dari Dermaga TN Tanjung Puting pukul 08.00 dan kembali pada pukul 19.00. Perjalanan dari dermaga yang berada di Kumai ke Camp Leakey selama empat jam. Total perjalanan pergi-pulang delapan jam. Feeding site di Camp Leakey dibuka pada pukul 13.00.

Opsi kedua, Day Trip berdurasi 12 jam. Dalam trip ini, pelancong mengunjungi dua feeding site yaitu Pondok Tanggui dan Tanjung Harapan. Perjalanan dimulai lebih pagi pada pukul 06.00 dan kembali ke dermaga pukul 18.00. Feeding site di Pondok Tanggui dibuka pada pukul 09.00 hingga 11.00 dan di Tanjung Harapan dibuka pada pukul 14.00 sampai 17.00. Dari dermaga, perjalanan menuju Pondok Tanggui selama tiga jam. Sedangkan ke Tanjung Harapan perjalanannya selama 2,5 jam.

Kicauan aneka jenis burung di TN Tanjung Puting akan membangunkan wisatawan dari tidur pulasnya. (Photo Credit: Look Orangutan)

Besaran biaya perjalanan ke TN Tanjung Puting

Paket Day Trip yang ditawarkan oleh Look Orangutan dibanderol Rp 300.000,00/orang. Harga tersebut sudah termasuk sewa kelotok selama 12 jam, tiket masuk ke taman nasional, makan dan minum serta penganan ringan selama perjalanan, dan pemandu wisata.

‘’Walaupun ini adalah Day Trip, pemandu wisata tetap harus ada,’’ tegas Bahriansyah.

Paket full untuk wisnus rata-rata dijual seharga Rp 2.750.000,00/orang untuk minimal  dua orang peserta.

Sedangkan paket full untuk wisman berkisar Rp 3.750.000,00-Rp 4.000.000,00/orang, minimal berdua. Semakin tambah peserta harganya semakin turun. Misal berempat biayanya berkisar Rp 3.300.000,00-Rp 3.500.000,00/orang.

Paket sudah termasuk tiket masuk ke taman nasional, pemandu wisata (wajib), donasi untuk jagawana (ranger), makan dan minum serta penganan ringan selama perjalanan, serta kru kapal termasuk juru masak (cook) yang onboard di kapal.

Harga paket belum termasuk tiket pesawat menuju dan dari Pangkalan Bun, asuransi perjalanan dan kebutuhan personal lainnya. 

Harga tersebut berlaku untuk perjalanan yang menggunakan kelotok tanpa kabin (kamar). Wisatawan menginap di dek atas yang telah dilengkapi dengan kelambu. Sedangkan kelotok berkamar yang dilengkapi penyejuk ruangan (AC), harganya 400-500 persen lebih tinggi.

Bahriansyah menerangkan, tiket masuk pengunjung di TN Tanjung Puting dikutip di titik camp/feeding site. Dalam paket full 3 hari 2 malam, wisatawan dapat mengunjungi ketiga feeding site, Camp Leakey, Pondok Tanggui, dan Tanjung Harapan.

Tiket masuk bagi pengunjung domestik di hari biasa (weekdays) Rp 5.000,00/orang dan Rp 7.500,00/orang di akhir pekan (weekend) dan hari-hari libur nasional.

Sedangkan tiket masuk untuk orang asing sebesar Rp 150.000/orang di hari biasa (weekdays) dan Rp 225.000,00/orang di akhir pekan (weekend) dan hari-hari libur nasional.

Dalam paket full selama 3 hari 2 malam, wisatawan domestik dapat mengunjungi ketiga feeding site dan akan dikenakan Rp 15.000,00/orang di hari biasa (weekdays) dan Rp 22.500,00/orang di akhir pekan (weekend) dan hari-hari libur nasional.

Sementara untuk orang asing dikenakan Rp 450.000,00/orang di hari biasa (weekdays) dan  Rp 675.000,00/orang di akhir pekan (weekend) dan hari-hari libur nasional.

Biaya sandar kapal/kelotok masuk TNTP dikenakan Rp 100.000,00/hari/kelotok.

Tiket dipesan secara daring (online) satu hari sebelumnya. Tiket masuk ke TN Tanjung Puting tidak bisa lagi dibeli di tempat pada hari keberangkatan (go show). Bagi operator, sistem ini cukup menguntungkan karena operator punya cukup waktu mempersiapkan logistik.

Selain paket full yang biasa, ada juga paket-paket perjalanan lain di TNTP. Paket-paket yang berdurasi lebih lama atau perjalanan yang ditemani oleh seorang ahli (expert). Biaya perjalanan semacam ini bisa mencapai ribuan dolar AS.

Norberto Rodriguez dari Come2Indonesia mengatakan, paket-paket perjalanan semacam itu mungkin sudah termasuk donasi untuk LSM (NGO) yang fokus pada penyelamatan orangutan.

‘’Itu bukan tipikal paket perjalanan biasa selama 3 hari 2 malam. Saya pernah melihat penawaran paket perjalanan 9 hari ke Tanjung Puting seharga empat ribuan dolar di Inggris,’’ kata Norberto.

Salah satu upaya penggalangan dana yang dilakukan oleh NGO adalah menawarkan program perjalanan ke Tanjung Puting dengan biaya lebih besar daripada harga paket perjalanan biasa pada umumnya. Biaya perjalanannya ada yang mencapai hingga delapan ribu dolar. Peserta akan ditemani oleh seorang ahli primata yang berlayar bersama. Seperti perjalanan ke Tanjung Puting bersama Profesor Birute Galdikas, seorang ahli primatologi  dan konservasi ternama, yang akan membicarakan mengenai orangutan kalimantan selama sehari. 

’Of course it is worth for those who want to meet Birute Galdikas. She is the queen of the orangutans,’’ tuturnya.

Come2Indonesia sendiri menawarkan paket perjalanan ke Tanjung Puting selama 3 hari 2 malam hampir 400 Euro per orang.

Sarapan pagi di tengah lingkungan hutan akan melengkapi pengalaman menakjubkan sekali seumur hidup sebelum pergi meninggalkan area taman nasional. (Photo Credit: Look Orangutan)

Aksesibilitas ke Tanjung Puting bertambah

Kota Pangkalan Bun menjadi gerbang utama menuju TN Tanjung Puting. Penerbangan yang melayani rute ke ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat ini tidak terlalu banyak.

Bagaimanapun, Bahriansyah bersyukur layanan penerbangan ke Pangkalan Bun bertambah dalam dua bulan terakhir. Maskapai penerbangan Citilink melayani rute Jakarta-Pangkalan Bun PP mulai 5 Januari 2024. Kemudian disusul Batik Air membuka rute penerbangan dari Surabaya ke Pangkalan Bun PP mulai 16 Februari 2024.

Citilink mengoperasikan armada Airbus A320 dan melayani rute ini tiga kali seminggu pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Pesawat berangkat dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta pada pukul 05.40 dan tiba di Bandara Iskandar Pangkalan Bun pukul 07.00. Pesawat yang sama berangkat kembali dari Pangkalan Bun pukul 07.30 dan tiba di Jakarta pada pukul 08.50.

Batik Air melayani rute Surabaya-Pangkalan Bun sejak 16 Februari 2024. Selanjutnya maskapai dalam Lion Group ini melayani rute tersebut setiap hari. Pada penerbangan perdananya, maskapai mengoperasikan armada Airbus A320.

Dikutip dari situs resmi Kabupaten Kotawaringin Barat, Batik Air akan menambah layanannya dengan membuka rute Jakarta-Pangkalan Bun PP mulai 20 Maret 2024. Rute ini akan dilayani dengan menggunakan pesawat Boeing B737.

‘’Tambahan penerbangan itu menambah akses bagi wisatawan dari Bali dan dari kota-kota lainnya. Mudah karena connecting lewat Surabaya atau Jakarta,’’ kata Bahriansyah.

Dirjen Hubdar Ramp Check kapal wisata di Kumai/Tanjung Puting

Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II Kalimantan Tengah, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan dikabarkan sedang melaksanakan pemeriksaan keselamatan kapal (ramp check) untuk proses penerbitan sertifikat keselamatan kapal yang beroperasi di TN Tanjung Puting.

Pemeriksaan meliputi  kondisi teknis kapal untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran jasa transportasi sungai, danau, dan penyeberangan. Selain itu, mengecek penyediaan kelengkapan alat-alat keselamatan pelayaran minimal di kapal sesuai dengan besaran GT kapal seperti yang sudah diatur oleh pemerintah. Dan memastikan penempatan alat-alat keselamatan tersebut di kapal mudah dijangkau dan dapat dioperasikan secara baik serta mengiformasikan cara penggunaannya kepada penumpang.

Sebelumnya, Balai telah melakukan pengukuran kapal wisata di Kumai (Tanjung Puting) pada 7-9 Desember 2023. Pengukuran tersebut dilakukan guna memenuhi kelaiklautan kapal sungai dan danau dan menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran sungai, danau dan penyeberangan. ***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *