PARIWISATA INDONESIA 2025: GEJALA OVERTOURISM, TANTANGAN MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP BERKELANJUTAN DAN KEGAMANGAN HADAPI DISRUPSI AI/GENAI

Tourism for Us – Pariwisata Indonesia beserta industrinya akan menghadapi tiga issue besar pada tahun 2025 yaitu beberapa destinasi favorit sudah menghadapi gejala-gejala overtourism, tantangan untuk menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan (sustainability) dalam membangun destinasi wisata dan mengembangkan bisnis, serta kegamangan pelaku industri pariwisata menghadapi disrupsi artificial intelligent (AI) dan generative artificial intelligent (GenAI).

Ketiga issue tersebut menjadi topik utama yang diperbincangkan dalam Indonesia Tourism Outlook 2025 (ITO) yang digelar oleh Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Fowaparekraf), Kamis (10/10/2024), di Hotel Aston Kemayoran, Jakarta.

Pada kegiatan yang berlangsung sehari itu menampilkan narasumber Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Agustini Rahayu, Guru Besar Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali  I Nyoman Sunarta, SVP Marketing Taman Safari Indonesia Alexander Zulkarnain, Direktur Pembangunan dan Pegembangan Usaha Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno Mokhamad Rofik Anwar, Direktur Strategi dan Pengembangan Teknologi InJourney Airport Ferry Kusnowo dan CMO dan Co-Founder Feedlop AI Muhammad Ajie Santika.

Dalam keynote speech sekaligus sambutan yang dilaksanakan secara daring, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi kegiatan ITO 2025 yang diselenggarakan oleh Forwaparekraf. Tema Blue, Green and Circular Economy (BGCE) dan AI yang diangkat sesuai dengan kondisi pariwisata saat ini.

Menparekraf mengatakan, konsep ekonomi berkelanjutan yang mencakup Blue, Green and Circular Economy (BGCE) menjadi semakin relevan. Selain itu, tidak ada kata ‘’Tidak’’ untuk mengadopsi teknologi AI sebagai salah satu transformasi digital.

Selanjutnya, Menparekraf mendorong seluruh unsur pentahelix yakni pemerintah, pelaku bisnis, akademisi, komunitas dan media untuk berkolaborasi mengembangkan pariwisata berkulitas dan berkelanjutan.

‘’Integrasi konsep BGCE dengan teknologi AI dalam rangka mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan sudah selayaknya dilakukan sejak dini,’’ ujar Menparekraf.

Menparekraf juga menyampaikan performa kinerja pariwisata Indonesia.  Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), salah satu indikator penilaian pariwisata secara internasional, menunjukkan peningkatan positif. Begitu pun dengan pergerakan perjalanan wisatawan Nusantara (wisnus) yang terus membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menurutnya, tren peningkatan tersebut akan terus terjadi. Kebutuhan akan pariwisata berkelanjutan merupakan masa depan di sektor pariwisata. Dan transformasi digital yang sedang berlangsung secara global harus diadopsi oleh para pelaku pariwisata di Tanah Air.

Ketua Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pasha Yudha Ernowo dalam sambutannya berharap, diskusi di ITO 2025 dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang konkret serta membangun sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.

‘’Mari kita bersama-sama menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam pariwisata berkelanjutan dengan dukungan inovasi teknologi dan praktik ekonomi yang berkelanjutan,’’ kata Pasha.

Agustini Rahayu, Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf, menjelaskan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 ditetapkan, pembangunan pariwisata berkualitas dilakukan sesuai preferensi pasar yang berkembang ke arah pariwisata berkelanjutan dan regeneratif.

‘’Itu dengan perluasan pariwisata yang fokus pada BGCE. Termasuk pembangunan infrastruktur hijau untuk infrastruktur dasar dan pendukung pariwisata hingga peningkatan sumber daya manusia (SDM),’’ jelas Ayu.

Dalam kajiannya Kemenparekraf menemukan, regulasi yang mendukung untuk mencapai BGCE baru mencapai 36,82%. Kemudian, edukasi BGCE kepada masyarakat juga baru mencapai 18,42%. Dan pelaku industri pariwisata pun belum konsisten menerapkan BGCE pada bisnisnya.

Merujuk pada paparan Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf di ITO 2025, pemerintah menargetkan sektor pariwisata berkontribusi 8% terhadap PDB dan menghasilkan devisa 100 miliar USD pada tahun 2045.

I Nyoman Sunarta, Guru Besar Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Bali, mengungkapkan pernyataan ‘menggigit’ bahwa pariwisata berkualitas dimulai dari warga lokal di destinasi. Baru kemudian wisatawan yang datang berkualitas dan destinasi wisatanya pun harus berkualitas.

‘’Pariwisata berkualitas bukan hanya tentang wisatawan yang datang membawa uang banyak ke destinasi,’’ kata Nyoman Sunarta.

Dia pun mengingatkan, pembangunan pariwisata di Bali tidak bisa disamakan dengan destinasi lain yang baru mengalami euforia didatangi wisatawan. Bila Bali dikatakan agar membatasi jumlah wisatawan yang datang maka tidak serta merta semua destinasi di luar Bali juga harus membatasi jumlah wisatawan yang datang.

Bali sebagai destinasi wisata primadona dan andalan terdepan dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sudah memasuki tahap regeneratif. Karena alamnya sudah terdegredasi. Perubahan sosial dalan kehidupan sehari-hari warganya dikhawatirkan akan berdampak pada keberlanjutan budaya bali. Dan itu mengancam eksistensi pariwisata Pulau Dewata yang berbasis pada budaya.

‘’Dulu yang datang ke Bali adalah para seniman. Sekarang saya ingin yang datang ke Bali ialah para peneliti (researcher),’’ tuturnya.

Narasumber yang hadir di ITO  2025 sepakat, kehadiran teknologi AI/GenAI tidak akan mengambil alih peran manusia khususnya di industri perjalanan dan pariwisata. Taman Safari Indonesia dan Angkasa Pura Airport mengakui, AI berperan dalam menjalankan operasional perusahaan secara lebih efisien. Dengan AI mereka dapat menganalisa profil pelanggan dari data yang besar sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan yang lebih akurat dan menetapkan target yang lebih tepat sasaran.

CMO dan Co-Founder Feedlop AI Muhammad Ajie Santika menerangkan, penggunaan AI/Gen-AI dapat mengoptimalkan layanan pelanggan sampai 40%, meningkatkan efisiensi operasional 30% dan meningkatkan kemampuan pengelolaan sebesar 30%.

Ajie mengatakan, teknologi AI/GenAI ‘’dilatih’’ dengan jutaan hingga miliaran data yang diinjeksikan oleh manusia. Kecerdasan buatan ini juga harus dikontrol oleh manusia. Oleh karena itu dia meyakinkan para pelaku industri perjalanan dan pariwisata tidak perlu khawatir peran manusia akan tergantikan oleh teknologi.

Penyelenggaraan ITO 2025 didukung penuh Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, Telkomsel, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Indofood, Kokola, MEG Cheese, Cap Panda, Y.O.U, dan Swissbel Hotel and Resorts. ***(Yun Damayanti)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *