‘HUMAN TOUCH’ DALAM PEMULIHAN PARIWISATA PASCA PANDEMI

Tourism for Us – Dalam hal jasa pariwisata, manusia ingin bertemu dengan manusia lain. Pada dasarnya, manusia ingin dilayani oleh manusia juga. Manusia dapat diyakinkan oleh lawan bicaranya yang juga manusia bahwa sebuah produk, sebuah destinasi wisata, itu masih ada. Oleh karenanya, pertemuan antarmanusia tetap dibutuhkan, tidak hanya digitalisasi.

Dalam salah satu diskusi panel perayaan World Tourism Day 2022 di Bali, Menteri Pariwisata Saudi Arabia menyampaikan, pariwisata harus dibangkitkan dan modal yang paling penting adalah human touch dan connectivity. Menteri Pariwisata Saudi Arabia juga menekankan, human touch tidak kalah penting dibandingkan digitalisasi. Digitalisasi pun bukan segala-galanya. Dan memang seharusnya demikian.

Paul Edmundus Tallo, Ketua Umum Indonesia Inbound Tour Operators Association (IINTOA), pernah melakukan riset untuk desertasinya dan menemukan, faktor human touch dalam kegiatan layanan termasuk pemasaran pariwisata sangatlah penting.

Paul mencontohkan, India negara yang penduduknya paling mahir IT masih membutuhkan pameran-pameran pariwisata besar di antaranya SATTE.  Pameran itu mempertemukan para pelaku pariwisata di India dengan sebanyak-banyaknya pelaku pariwisata dari seluruh dunia.

Begitu pula dengan Arabian Travel Mart (ATM) Dubai, WTM London, ITB Asia di Singapura dan lain-lain. Mereka tetap mengedepankan human touch, pertemuan antarmanusia, untuk memasarkan destinasi dan produk-produk pariwisata di negaranya maupun di kawasan. Sementara pada saat bersamaan, teknologi terkini digunakan dalam penyelenggaraan eventnya dan pemasaran digitalnya tetap berjalan.

IINTOA berharap, pemerintah lebih meningkatkan dana promosi pariwisata, hadir kembali di pasar-pasar pariwisata internasional dan membawa lebih banyak pelaku industri pariwisata dari Indonesia. Para pelaku industri pariwisata itu antara lain, hotel, operator tur, dive shops/operators, operator transportasi, taman rekreasi, spa, pusat belanja atau oleh-oleh dan lain-lain.

Posisi mereka ini sama dengan para pengusaha eksportir barang, hanya produknya berupa jasa pelayanan wisata. Mereka itu marketers dan salesmen yang menjual destinasi Indonesia.

Di pertemuan tatap muka, di pameran atau pasar pariwisata, para operator tersebut yang mampu meyakinkan tour wholesalers dan tour operators dunia bahwa pariwisata Indonesia masih ada dan hidup. Mereka yang akan mengkonversi potensi keindahan alam dan budaya Nusantara menjadi transaksi perdagangan yang akan menyumbangkan devisa bagi negara.

‘’Saya telah bertemu dengan tour operators dari Filipina, Jepang, Thailand, Amerika dan masih banyak lagi sejak 1980 sampai sekarang. Bahwa melalui pertemuan antarmanusia itu maka terjadi kontak, ada trust, lalu ada bisnis pariwisata. Memang ada juga yang melalui koresponden tetapi itu lebih kecil kemungkinannya,’’ ujar Paul.

Kemudian, seperti halnya menjual barang, biaya terbesar menjual jasa wisata adalah untuk pemasaran. Karena pemasaran mesti dilakukan secara berkesinambungan. Di dalam negeri saja pelaku pariwisata membutuhkan media tatap muka, membangun jejaring bisnis baru lagi dan mengalami langsung destinasi pasca pandemi. Apalagi untuk menggapai pasar dan mitra-mitra kerja di luar negeri. Dukungan terhadap mereka juga berarti memastikan national branding Wonderful Indonesia terpasarkan secara berkelanjutan di sumber pasar.

Negara membutuhkan foreign exchange dari pariwisata yang masuk ke Indonesia (inbound). Sementara, perjalanan outbound orang Indonesia tidak mungkin dihentikan (outbound adalah perjalanan keluar negeri; dalam perdagangan pariwisata, outbound adalah impor, red.).

Bagaimanapun, untuk mendapatkan wisatawan berkualitas yang diinginkan tetap membutuhkan upaya-upaya pemasaran yang juga berkualitas dan berkesinambungan. Dan untuk menahan outbound, kita mesti menyadari bahwa wisatawan Nusantara sangat sensitif dengan harga dan mulai mempedulikan kualitas layanan dan infrastruktur di daerah tujuan.

Pulau Pelangi,Kepulauan Seribu,jadi tujuan post tour AJTM 2022.(Foto: Iwan Wahyudi)

ASITA Jakarta Travel Mart 2022: Full Offline

Pameran dan pasar pariwisata baik di dalam negeri maupun di kawasan regional dan internasional kembali marak. Banyak dari pameran dan pasar pariwisata itu diselenggarakan secara offline. Dengan demikian, buyers yang datang mengalami sendiri sejauh mana destinasi siap dikunjungi dan membangun ulang jejaring bisnis.

ASITA Jakarta Travel Mart (AJTM) merupakan salah satu pasar pariwisata yang digelar pada bulan September lalu. AJTM tahun ini diselenggarakan pada 29-30 September 2022 dan dilakukan full offline.

Panitia mencatat, 58 sellers dan 122 buyers mengikuti program travel exchange AJTM 2022 pada 29 September 2022 di Swiss-Belinn Kemayoran. Animo sellers maupun buyers langsung meningkat begitu mengetahui pasar pariwisata B-to-B di Jakarta ini dilakukan tatap muka. AJTM dilakukan secara online selama dua tahun karena pandemi.

Sellers datang dari Jakarta dan daerah-daerah lain seperti dari Bintan, Kepulauan Riau; Batu dan Jember, Jawa Timur; Ciamis, Jawa Barat; Sumba, Nusa Tenggara Timur; Bali dan lain-lain.

Tahun ini untuk pertama kalinya sesi B-to-B AJTM diikuti oleh seller dari luar negeri yakni perwakilan dari Tourism Dubai kantor Jakarta. Tidak hanya itu, seorang agen perjalanan dari Turki datang sebagai buyer.

Pada 30 September 2022, peserta AJTM mengikuti program post tour ke Pulau Pelangi, Kepulauan Seribu. Selain memperkenalkan pulau, peserta juga diperlihatkan sarana penyeberangan baru di kawasan Pluit untuk menuju kawasan wisata kepulauan di Teluk Jakarta.

Perwakilan dari Bintan Resort menyatakan senang sekali AJTM hadir lagi sehingga mereka bisa mempromosikan produk-produk barunya selepas pandemi.

‘’Di AJTM dan dengan networking-nya yang berada di Jakarta dan sekitarnya, kami berharap bisa meningkatkan kunjungan ke Jawa Timur. Tourism will never die. Pariwisata tidak hanya di generasi kita tetapi juga sampai generasi mendatang,’’ ujar Kuswadi Rawit dari Batu Internasional Wisata, salah satu seller dari Jawa Timur.

Sellers lainnya, Iwan Wahyudi dari Kancra Kayaking bersama Badan Promosi Pariwisata Ciamis memperkenalkan destinasi wisata alam dan historis yang ada di kabupaten ini.

‘’Kami datang untuk bertemu dengan mitra-mitra bisnis di Jakarta yang nantinya akan mempromosikan Ciamis. Kami menawarkan wisata-wisata yang ramah lingkungan. Dan Ciamis potensial untuk wisata alam dan sejarah,’’ kata Iwan.

‘’Kita banyak lost contact selama pandemi. Baik itu hotel, tour operators. Dengan adanya AJTM sangat membantu kita. Event semacam ini menjadi media bagi kita buat networking lagi dan mengetahui kondisi mitra-mitra kita yang lost contact tadi. Apa ada perubahan manajemen, siapa sales-nya dan lain sebagainya,’’ tutur Reza dari Royalti Travel, seorang buyer dari Jakarta.

Suhail Siddikui dari Satguru Travel Istanbul, Turki, satu-satunya buyer internasional di AJTM 2022 mengakui, Indonesia is a hot topic discussion in Istanbul.

’They want to go to Bali, to Jakarta, so I will promote it for you, guys. But of course, you have to promote yourself,’’ kata Suhail.

Terkait anggaran untuk pariwisata nasional yang dikurangi, menurut Iwan, itu pasti akan berpengaruh pada promosi pariwisata nasional. Dan anggaran promosi pariwisata nasional yang dikurangi itu kontradiktif dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk memulihkan pariwisata pasca pandemi.***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *