MELANGLANG JAGAT BUANA: 52 PENULIS LOKAL MENGAJAK KITA ‘JALAN-JALAN’ DI SEKITAR TEMPAT TINGGALNYA

Tourism for Us – Kekuatan dari untaian kata yang menjalin jadi rangkaian kalimat adalah langsung menyasar kalbu. Ketika tombol kalbu diaktifkan, jiwa kita terserap ke alam bawah sadar. Itu seperti mantra yang memandu kita mengikuti ke mana saja setiap aksara bergerak.

(Foto: Miya’z Script Agency)

Melanglang Jagat Buana adalah sebuah buku antologi perjalanan. Buku ini mengangkat 52 destinasi dari Sumatera hingga Papua. Dibawakan dengan gaya bertutur, travel notes filmis yang dihimpun lebih menyerupai catatan harian para penulisnya ketika mereka mengunjungi daya tarik-daya tarik di sekitar tempat tinggalnya.

Para penulis menceritakan pengalaman perjalanan budaya dan berkegiatan di alam. Tempat-tempat yang dikunjunginya tidak semua spektakuler dan viral di berbagai kanal media sosial. Begitu pun dengan aktivitas yang dilakukannya.

Beberapa penulis hanya mengunjungi tempat-tempat yang sehari-hari dilewatinya. Sebagian penulis mengakui, menyisihkan waktu untuk melihat ‘ada apa saja’ di daerah tempat mereka melaksanakan perjalanan dinas. Lalu sebagian lagi bepergian karena topik hangat yang dibicarakan di grup Whatsapp atau yang tengah menjadi trending topic di media sosial.

Sebagian besar travel notes dalam antologi ini menyampaikan pengalaman budaya dalam perjalanan religi dan ziarah. Ini mungkin karena sumber informasi yang didapat oleh penulis pada saat mengunjungi daya tarik menuturkan dari sisi religi dan ziarahnya saja. Selain itu, pembaca juga akan menemukan begitu banyak informasi sejarah yang dituangkan dalam catatan-catatan perjalanan penulis.

Namun, beberapa travel notes filmis berhasil menyegarkan kembali daya tarik-daya tarik yang sudah eksis seperti Kebun Raya Bogor, Candi Plaosan dan Museum Ullen Sentalu di Yogyakarta, dan pendakian ke Gunung Arjuno dan Argopuro di Jawa Timur. Dituturkan secara simple dan relate dengan keseharian kita, pembaca akan merasa dikelitiki dan ingin pergi ke sana.

Ada juga travel notes yang mengangkat tempat-tempat ‘hanya diketahui orang lokal’. Tempat-tempat ini terasa jadi daya tarik baru bagi orang-orang dari luar daerah tersebut. Misalnya, kampung tua di Pulau Belakang Padang di Batam, Kepulauan Riau. Pulau itu juga punya sebutan lain yang aduhai romantis, Pulau Penawar Rindu. Atau, segitiga emas ranu (danau) di sekitar Malang, Jawa Timur, yang membuat penulisnya deja vu saat berekreasi di salah satu danau di Wina, Austria.   

Destinasi yang agak mengejutkan adalah Bengkayang, Kalimantan Barat. Ada dua travel notes yang mengangkat perjalanan rekreasi ke Pulau Lumukutan dan arung jeram di riam-riam yang digambarkan full of challenges. Travel note berarung jeram di perbatasan negara akan mengaktifkan impian liar para adrenalin seekers.

Kelima puluh dua destinasi dituturkan oleh 52 penulis berbeda. Mereka penulis lokal yang tinggal di destinasi. Sebanyak 92 persen penulisnya ialah perempuan dan hanya 8 persen penulis laki-laki. Perlu diingat, ini bukan buku mengenai feminisme.

Semua penulis sudah berkeluarga. Ada 13 penulis ibu rumah tangga penuh, 23 penulis lainnya ialah para profesional yang sebagian besar juga ibu rumah tangga, dan ada aparatur sipil negara (ASN) dan pengajar. Melihat komposisi para penulisnya, Melanglang Jagat Buana dapat menjadi sumber inspirasi bagi para orangtua dalam merencanakan liburan.

Tak ada perjalanan yang sia-sia

Mia dari Miya’z Script Agency mengatakan, para penulis terdiri dari penulis profesional dan non-profesional. Sebelumnya, mereka mengikuti workshop menulis travel notes filmis di bawah bimbingan Kirana Kejora dan Co-Mentor Miya’z.

Buku antologi Melanglang Jagat Buana merupakan kolaborasi antara Komunitas Elang Merah – Elang Nuswantara, Miya’z Script Agency dan Azkiya Publishing. Komunitas Elang Merah – Elang Nuswantara adalah komunitas yang aktif memperjuangkan literasi dengan mempublikasikan karya-karya tulis bertema budaya Indonesia.

Kirana Kejora ialah pendiri komunitas Elang Nuswantara, telah menulis 172 buku fiksi dan non-fiksi. Dua best sellers novelnya telah diangkat ke layar lebar.

Miya’s Script Agency telah membidani ratusan naskah fiksi dan non-fiksi yang diterbitkan oleh penerbit mayor juga merupakan koordinator penulis pencinta budaya dalam komunitas Elang Nuswantara dan Elang Merah.

Buku ini berkonsep writerpreneur. Kehadirannya diharapkan bisa menjadi warisan literasi yang layak dibaca, dikenang, dan dipahami. Selain itu, melalui antologi travel notes akan mampu membangkitkan semakin banyak masyarakat Indonesia lebih peduli dan mau memelihara dan menjaga keindahan alam dan budaya serta berwisata di Indonesia saja.

Tak ada perjalanan yang sia-sia. Seperti yang disampaikan oleh Kirana Kejora dalam prolog Melanglang Jagat Buana, ‘’Dengan berjalan, saya belajar banyak hal. Belajar melepas kacamata kuda. Mau mendengar, melihat, menulis, menyampaikan fakta yang bermanfaat bagi pembaca dan saya sendiri.’’

Peluncuran buku Melanglang Jagat Buana akan diselenggarakan pada 10 Desember 2022 di Perpustakaan Nasional RI Jakarta. Buku antologi ini didukung oleh Perpustakaan Nasional RI. Perpusnas selalu mendukung Gerakan Literasi Nuswantara.

Pembelian buku telah dibuka. Ada diskon pre-order untuk pemesanan sampai dengan 30 November 2022.***(Yun Damayanti)



4 thoughts on “MELANGLANG JAGAT BUANA: 52 PENULIS LOKAL MENGAJAK KITA ‘JALAN-JALAN’ DI SEKITAR TEMPAT TINGGALNYA”

  • Indonesia banyak tempat yang bisa dieksplor dan tourismforus paham betul gimana caranya. Terima kasih sudah menerbangkan buku kami. Salam sehat dan sukses.

  • Aku sangat bangga bisa bergabung di dalam buku antologi travel notes ini karena aku banyak belajar dari sudut apapun apalagi budaya Nusantara ini yang hampir kalah dengan beradab dunia saat ini jaya terus elang merah jaya terus dan elang nuswantara ku akan merindukan selalu

Leave a Reply to Miya'z Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *