GERCEP BPD PHRI JABAR ‘MEMANCING’ CALON WISATAWAN

Tourism for Us – Pada tahun 2023, pariwisata Indonesia baru masuk tahap pemulihan. Oleh karena itu, gerak cepat (gercep) reaktivasi kegiatan marketing destinasi maupun mempromosikan produk-produk wisata baru secara aktif harus dilakukan tahun ini.

Sellers dan Buyers di Direct Promotion BPD PHRI Jawa Barat di Malaysia. (Foto: PHRI Jawa Barat)

Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) Jawa Barat gercep melakukan serangkaian kegiatan promosi langsung pada tahun 2023. Kegiatan ini bertujuan untuk mereaktivasi marketing destinasi Jawa Barat dan memperbaharui informasi terkait destinasi khususnya bagi kalangan pelaku industri perjalanan dan pariwisata di pasar domestik maupun mancanegara (B-to-B).

BPD PHRI Jawa Barat menyelenggarakan kegiatan promosi langsung di tujuh kota di Indonesia. Kota-kota yang dipilih sudah memiliki akses langsung ke Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Dengan ketersediaan akses, kota-kota itu juga merupakan pangsa pasar wisatawan bagi Bumi Parahyangan.

Selain itu, kegiatan Direct Promotion BPD PHRI Jawa Barat pun menyasar Malaysia. Kegiatan dilakukan pada 8-11 Agustus 2023. Kegiatan ini difokuskan di Kuala Lumpur dan Johor Bahru. Karena kedua kota itu merupakan sumber pasar wisatawan bagi Bandung dan sekitarnya sebelum pandemi Covid-19.

Direct Promotion BPD PHRI Jawa Barat di Malaysia diikuti oleh 20 sellers. Mereka sebagian besar dari Bandung. Selain itu, sellers dari Bogor, Jambi dan Padang juga ikut serta.

Di setiap kota tercatat sebanyak 30 buyers hadir. Jadi total ada 60 buyers mengikuti pertemuan B-to-B yang diselenggarakan oleh BPD PHRI Jawa Barat.

Salah satu catatan penting dari serangkaian kegiatan promosi langsung BPD PHRI Jawa Barat adalah pelaku industri pariwisata di sumber-sumber pasar tidak update dengan situasi dan kondisi terkini di destinasi Jawa Barat.

Pembangunan infrastruktur seperti Bandara Internasional Kertajati, Tol Cisumdawu, dan kereta cepat Jakarta Bandung bisa dikatakan telah rampung. Tapi, pekerjaan rumah di sektor pariwisata belum selesai sampai di situ. Semua infrastruktur itu mesti disosialisasikan dan dijelaskan secara langsung kepada pelaku industri.

Untuk membuat satu produk wisata butuh matematika. Pelaku industri harus membuat perhitungan waktu yang akurat dahulu sebelum memutuskan besaran harga yang akan dilepas. Aksesibilitas sebagai faktor pertama dari 3A dalam pariwisata tidak hanya sebatas ada bandar udara tetapi juga berlanjut pada ketersediaan terminal bis, stasiun kereta, jalan tol dan jalan raya non-tol hingga pelabuhan, termasuk juga jenis moda transportasi apa yang tersedia atau dapat dipersiapkan di sana.

Itulah kenapa Aksesibilitas ditempatkan pada urutan pertama dalam 3A. Karena untuk menuju Akomodasi dan Atraksi bergantung padanya. Dan jangan lupa bahwa Indonesia adalah negeri kepulauan di mana biaya transportasi memakan alokasi cukup besar dari budget perjalanan keseluruhan.  

Cita H. dari BPD PHRI Jawa Barat Bidang Promosi mengatakan, banyak tour operators tidak update mengenai destinasi-destinasi baru di Jawa Barat.

‘’Pemindahan airport dari Husein Sastranegara ke Kertajati menjadi issue baru, terutama di Malaysia. Karena masih banyak dari mereka tidak mengetahui jarak dari bandara ke Bandung. Mereka bingung how to get to West Java dengan airport terbaru,’’ ujar Cita.

Herman Muchtar, Ketua BPD PHRI Jawa Barat, menjelaskan, hasil dari kegiatan Direct Promotion tidak mungkin bisa langsung dilihat sekarang. Hasilnya baru dapat dilihat paling cepat dalam enam bulan ke depan. Karena menjual pariwisata tidak akan pernah bisa dilakukan secara instan.

‘’Dalam menghadapi krisis seperti dampak dari pandemi Covid-19, ada tiga tahap yang harus kita lewati, yakni penyelamatan, pemulihan dan penormalan. Pariwisata Indonesia baru masuk ke tahap pemulihan. Di masa ini kita harus segera bergerak untuk mereaktivasi kegiatan marketing dan secara aktif berpromosi langsung,’’ tutur Herman.

‘’Makanya di PHRI Jawa Barat, semua wakil ketua harus punya program dan semuanya saya kontrol. Kami merencanakan untuk memulai putaran kedua Direct Promotion di tujuh kota besar di Indonesia. Kita harus yakin ini juga salah satu cara mendatangkan wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara,’’ tambahnya.

Menurut Herman, kompetitor Jawa Barat semakin banyak dan persaingannya semakin berat. Contohnya saat ini, penerbangan dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Kertajati hanya dilayani satu kali seminggu. Sedangkan penerbangan ke Padang dari Kuala Lumpur sudah dilayani tiga kali sehari. Agar pariwisata Jawa Barat tidak tertinggal dan ditinggalkan, marketing destinasi dan promosi langsung mau tidak mau mesti digeber dari sekarang.***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *