Sumba Tawarkan Pengalaman Budaya Total

Tourism for Us – Sumba adalah destinasi budaya di Indonesia yang menawarkan pengalaman total setelah Bali dan Yogyakarta. Semenjak turun dari pesawat, wisatawan sudah melihat bukit-bukit savana mengelilingi bandara di kejauhan. Di sepanjang jalan dari bandara menuju pusat kota berdiri rumah-rumah warga dan bangunan lain dengan atap tinggi menjulang seperti yang ada di kampung-kampung adat. Udara panas dan sinar matahari terik di musim kemarau yang kemudian menghangat di musim penghujan menyambut kita. Dan suasana hening menyelimuti seluruh pulau, sampai desau suara angin pun terdengar jelas dan sesekali bunyi ketukan alat tenun bukan mesin dari rumah-rumah.   

Badan Promosi Pariwisata Daerah NTT (BPPD/NTT Tourism Promotion Board) menyelenggarakan famtrip destination up date di Pulau Sumba pada 11-14 Desember 2021.Famtrip diikuti oleh media,blogger/influencer dan content creator dari Bali dan Jakarta.Penyelenggaraan famtrip didukung oleh Pemprov NTT. (Foto: dok.panitia famtrip Welcome to Sumba 2021)

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Nusa Tenggara Timur (BPPD/NTT Tourism Promotion Board) Rocky Pekudjawang  mengatakan, wisatawan datang ke Pulau Sumba untuk mencari pengalaman. Kebutuhan untuk memenuhi pengalaman budaya yang berbeda itu dicari baik oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Maka pemasaran destinasi pun diarahkan pada menawarkan pengalaman perjalanan budaya. Dan destinasi ini tampaknya sedang berupaya bisa meningkatkan pengalaman perjalanan wisatawan.

“Pasar wisatawan di Sumba spesifik. Ada caucasian atau bule, dan domestik. Kedua pasar ini memiliki persamaan yakni kebutuhan terhadap experience. Mereka ingin pengalaman yang lebih lagi dan tidak keberatan membayar lebih mahal. Itu berlaku tidak hanya di Sumba tetapi juga di seluruh destinasi di NTT. Kami melihat trennya sekarang begitu. Jadi pemasaran destinasi pun kita arahkan ke situ,“ ujar Rocky.

Karena masih banyak tantangan dan hambatan yang perlu diatasi dan dibenahi, Rocky menambahkan, tidak akan muluk-muluk mempromosikan destinasi Sumba. Siapapun yang datang ke pulau ini akan melihat dan merasakan real life.

Keberadaan pariwisata dan kunjungan wisatawan diharapkan dapat membantu masyarakat keluar dari garis kemiskinan, mendukung pendidikan anak-anak dan meningkatkan keterampilan generasi muda di Pulau Sumba, serta mendorong kesadaran untuk merawat dan menjaga tradisi dan budaya Tana Humba yang menjadi roh dan daya pikat utamanya.

Sumba is a cultural destination. Wisatawan yang datang ke sini tidak hanya melihat rumah-rumah adat, kubur batu, kain-kain tenun tradisional tetapi juga mendapat pantai, savana, air terjun dan lain-lain. Yang mana itu semua merupakan satu-kesatuan dalam kehidupan orang sumba. Itulah nilai tambah destinasi Sumba,“ kata Rocky.

Tipikal wisatawan ke Sumba

Dalam kesempatan forum discuccion group daring mengenai pembangunan pariwisata di Sumba pada 7 Desember 2021 lalu, Ketua DPD ASITA NTT Abed Frans menyampaikan, karena penerbangan yang melayani destinasi Sumba masih terbatas maka wisatawan yang datang rata-rata adalah wisatawan individu (FIT) dan grup kecil seperti keluarga atau pasangan.

Keterbatasan bukan hanya dari jumlah penerbangannya saja tetapi juga dari armada yang digunakan dan kota-kota yang terkoneksi. Maskapai-maskapai penerbangan yang melayani rute ke dan dari Sumba menggunakan pesawat kecil seperti ATR berkapasitas 72 penumpang dan narrow body dengan kapasitas maksimal 180 penumpang.

Saat ini penerbangan ke Sumba dilayani oleh Wings Air, NAM Air dan Citilink. Wings Air melayani rute Denpasar-Tambolaka-Denpasar; Kupang-Tambolaka-Kupang; Waingapu-Denpasar-Waingapu; Waingapu-Kupang-Waingapu. NAM Air melayani rute Denpasar-Tambolaka-Kupang-Tambolaka-Denpasar dan Kupang-Waingapu-Kupang. Sedangkan Citilink melayani rute Kupang-Waingapu-Kupang.

Wisatawan mancanegara datang ke Sumba pada umumnya FIT. Mereka bukan wisatawan yang secara khusus mengunjungi pulau ini namun menjadikannya bagian dari eksplorasi pulau-pulau selama berada di Indonesia. Mereka datang untuk menikmati waktu bersantai di resor-resor sepi atau di akomodasi-akomodasi dekat pantai yang tidak ramai. Meskipun mereka tampaknya tidak melakukan perjalanan overland seperti wisatawan domestik namun bukan berarti mereka tidak jalan-jalan juga ke kampung-kampung, ke savana, ke air terjun dan lain-lain.

Sedangkan wisatawan domestik yang berwisata ke Sumba rata-rata dari kelas menengah atas. Mereka terdiri dari FIT dan grup kecil. Abed menjelaskan, sebelum pandemi COVID-19 wisatawan domestik yang datang ke Sumba dari semua kelas mulai dari bujet, menengah hingga kelas atas. Wisatawan dari kelas menengah yang paling banyak. Wisatawan domestik juga mau melakukan perjalanan overland dari timur ke barat atau sebaliknya dan berbelanja lebih banyak.

Tantangan bagi semua operator tur di Sumba adalah kondisi jalan penghubung antar destinasi belum cukup baik. Hal ini menyebabkan waktu tempuh lebih panjang sehingga lebih sedikit daya tarik yang bisa dikunjungi. Kondisi tersebut membuat operator tur membuat itinerary dengan mengunjungi daya tarik-daya tarik yang terkenal dan paling banyak dicari wisatawan.

Perkembangan akomodasi di Sumba

Menurut data Badan Pusat Statistik kantor Provinsi NTT per 6 Desember 2021, jumlah akomodasi hotel dan restoran bertambah pada periode 2018-2019. Selama pandemi atau pada tahun 2020 tidak ada penambahan hotel baru namun ada penambahan jumlah kamar dan tempat tidur di Sumba Timur, Tengah, dan Barat. Hanya di Sumba Barat Daya terjadi sedikit penurunan jumlah tempat tidur. Tempat makan dan kafe yang paling tampak perkembangannya. Sekarang di kota-kota Waingapu, Waikabubak dan Tambolaka pilihan tempat makan dan kafe lokal bertambah.

Sumba tidak hanya punya hotel/resor terbaik dunia di kawasan Nihiwatu. Akomodasi-akomodasi bintang 3 dan non-bintang pun terlihat upaya mulai memperbaiki kualitas di dalam kamar maupun pelayanannya. Ini menunjukkan, SDM lokal bukan tidak punya kemampuan untuk melayani tamu dengan standar minimal yang diharapkan wisatawan. Namun, itu memang membutuhkan pelatihan dan keterampilan supaya mereka berdaya dan dilakukan secara telaten serta pendekatan yang menyesuaikan dengan karakter masyarakat Sumba.

Nihi Sumba membuktikan hal tersebut. Dengan mempekerjakan 80 persen warga lokal, masyarakat di sekitar resor berada, resor ini sungguh memberikan kualitas prima dari sebuah akomodasi terbaik dunia. Berada di resor ini, tamu-tamu akan merasakan semua elemen terbaik di Pulau Sumba.

Pasola Hotel, posisinya persis di depan Bandara Tambolaka, adalah sebuah akomodasi city dan transit hotel yang menyenangkan. Dengan konsep simplicity, semua kebutuhan tamu transit terpenuhi mulai dari kebersihan kamar, layanan dari staf lokal yang ramah hingga jaringan internet yang memadai. 

Data rumah makan sumba 2018-2020.

Orang sumba pandai memasak makanan sedap. Tetapi, menghabiskan waktu untuk makan di luar rumah memang bukan kebiasaannya. Seiring dengan kunjungan wisatawan bertambah, tempat-tempat makan lokal tumbuh pelan-pelan. Wisatawan masih harus bersabar dalam hal memesan makanan dan minuman yang membutuhkan waktu agak lama di semua tempat di Pulau Sumba.

Dalam beberapa tahun ke depan, kita mungkin bisa menemukan lebih banyak tempat makan lokal yang menawarkan nasi jagung, sayur ubi tumbuk, es jeruk nipis, kudapan kacang mete berbalut garam dan biji jagung goreng, dan kopi sumba organik berwarna super black dan rasa yang strong. Dan jangan remehkan, ternyata, kopi robusta sumba pernah memenangi kompetisi kopi nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember.*** (Yun Damayanti)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *