PERMINTAAN PERJALANAN KE INDONESIA DARI PASAR EROPA TERUS MENINGKAT, INDUSTRI PARIWISATA MENANTI DUKUNGAN NYATA PEMERINTAH

Tourism for Us – Permintaan perjalanan ke Indonesia dari pasar global khususnya dari wilayah Eropa bisa meningkat hingga dua kali lipat pada 2024. Melihat perkembangan tersebut, pelaku industri pariwisata berharap pemerintah segera menanggapi dan bergerak cepat mengambil langkah-langkah yang mendukung terwujudnya perjalanan internasional ke Indonesia (inbound travel).

Permintaan perjalanan ke Indonesia meningkat

Permintaan perjalanan ke Indonesia dari pasar global khususnya dari wilayah Eropa pada 2024 bagus sekali. Gufron, CHA., Director Development Alpha Hotel Management (AHM) Bali, mengatakan, di hotel-hotel di bawah manajemennya sudah melihat pemesanan dari pasar Eropa untuk periode Summer 2024 (Mei-Oktober) meningkat dua kali lipat dibandingkan periode Summer 2023.

Bahkan pemesanan untuk periode Winter 2024/2025 pun menunjukkan positif. AHM memproyeksikan periode Summer 2025 akan lebih bagus lagi.

Sementara, Reddy iskandar, Associate Director Marintur Indonesia, mengatakan, secara umum, prospek kujungan wisatawan berbahasa jerman (german speaking) dan global pada 2024 akan naik sekitar 25 persen dibandingkan tahun lalu.

Gufron melihat, di tengah situasi geopolitik global masih diwarnai perang di  Ukraina dan Timur Tengah, kondisi perekonomian global juga masih lesu, tetapi permintaan perjalanan ke Indonesia tetap bagus.

Maskapai penerbangan menjadi faktor penentu dalam pariwisata Indonesia. Didorong permintaan perjalanan ke Indonesia yang positif, maskapai-maskapai penerbangan internasional sudah merespon permintaan pasar. Baik dengan penerbangan baru oleh maskapai baru maupun penambahan penerbangan oleh maskapai-maskapai yang telah melayani rute ke Indonesia.

‘’Kami optimis karena melihat jadwal penerbangan dari Eropa ke Indonesia sudah meningkat daripada sebelumnya. Walaupun, harga tiket pesawat ke sini masih lebih tinggi daripada harga tiket pesawat ke Thailand dan Vietnam,’’ ujar Reddy.

Preferensi wisatawan bisa dikatakan tidak terlalu berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya. Preferensi wisatawan berbahasa jerman masih pada alam (nature), budaya (culture), dan seni (arts). Sedangkan wisatawan global mencari top sights atau ke tempat yang sedang banyak diperbincangkan terutama di media sosial, alam (nature), dan budaya (culture).

Satu grup wisatawan Jerman menikmati hiking di Sentul, Bogor, sebelum melanjutkan perjalanan ke Sorong, Papua Barat Daya. Jalur hiking yang dilalui tidak jauh dari kota dan sedang tren di kalangan pelancong lokal. (Credit photo: Iim/Aneka Kartika Tours & Travel Service) 

Pariwisata hijau dan berkelanjutan

Konsep Regreenerative yang diusung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di ITB Berlin 2024 sudah dijalankan oleh pelaku industri pariwisata, khususnya bagi mereka yang pangsa pasar utamanya wisatawan mancanegara (wisman). Mereka sudah melakukannya sejak sebelum pandemi COVID-19. 

Terkait pariwisata hijau dan berkelanjutan (green and sustainable tourism), Reddy tidak menerima tuntutan khusus dari pelaku industri pariwisata mancanegara ketika membeli produk-produk wisata Indonesia.

‘’Tidak ada tuntutan khusus, yang penting bersih dan tidak mencemari lingkungan. Menurut saya, kita sebagai pelaku tour operator/travel agent di Indonesia tetap berupaya fokus pada kebersihan dan disiplin dalam segala hal,’’ kata Reddy.

Pengalaman hampir serupa juga dirasakan oleh Adjie Wahjono, Operation Manager Aneka Kartika Tours & Travel Service. Mitra-mitra bisnisnya maupun buyers yang ditemui di ITB Berlin 2024 tidak menanyakan apakah produk yang dibelinya mengimplementasikan konsep hijau dan berkelanjutan.

‘’Saya pikir tidak ada pergeseran paket-paket yang diminta. Kalau sehijau atau se-sustain apa, paling mulai refresh lagi produk-produk kita seperti pengurangan botol plastik selama tur, lebih banyak overland atau menggunakan kereta api daripada terbang dengan pesawat, lebih banyak local community engagement dan lain-lain. Tapi itu semua sebetulnya sudah dilakukan sejak sebelum pandemi,’’ tutur Adjie.

Regenerative tourism menginginkan dampak langsung pada warga lokal. Intinya, meningkatkan pengalaman wisatawan dan memberikan dampak yang lebih besar bagi warga lokal.

‘’Ini memang sedang dikembangkan untuk pasar Eropa. Di properti kami sendiri, ada beberapa kegiatan yangmana tamu hotel dan warga lokal bisa berinteraksi. Misalnya, cooking class menu lokal. Atau kegiatan belajar menari bali, membuat canang, sarapan di pantai yang memberi kesempatan kepada warga lokal masuk ke hotel dan berinteraksi dengan tamu. Dan kita juga memberi kesempatan kepada tamu-tamu misalnya mau mengajarkan bahasa inggris kepada warga lokal di hotel,’’ terang Gufron.

Lanjutnya, ‘’Saya kira hampir semua hotel di Bali melakukannya. Entah di tempat lain. Tampaknya di Sumba yang mulai concern dengan kearifan lokal. Jadi regenerative tourism sudah dilakukan sejak lama oleh pelaku hospitality di Bali. Bagaimana kita adakan pelibatan lokal yakni dengan melibatkan tamu dan warga lokal di sekitar hotel berada.’’

Secara umum, permintaan terhadap produk hospitality dari pasar Eropa juga relatif tidak ada perbedaan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Gufron mengakui, pascapandemi pelanggan lebih memperhatikan aspek kebersihan dan keamanan kesehatan, dan pantai-pantai yang bersih.

AHM selaku manajemen hotel melakukan kebijakan No Plastic, menyediakan fasilitas agar tamu bisa mengisi ulang tumbler-nya, tidak menebang pohon tapi menanam pohon dan lain-lain.

Tantangan bisnis pariwisata pascapandemi

Di Indonesia, banyak destinasi yang berada di remote area. Oleh karena itu, operator tur dan agen perjalanan masih diperlukan. Keberadaan operator tur/agen perjalanan akan membantu wisatawan, tidak hanya dari aspek kelancaran perjalanannya tetapi juga pengalamannya.

Reddy berpendapat, tantangan terbesar bisnis operator tur/agen perjalanan sekarang dan ke depan adalah staf dan pemandu wisata yang mempunyai pengetahuan (knowledge) destinasi.

Misalnya untuk menangani pasar wisatawan berbahasa jerman. Reddy mengingatkan, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menangani wisatawan berbahasa jerman yakni informasi yang diberikan harus lengkap dan prima serta layanan yang baik.

Beberapa tantangan juga dihadapi oleh industri hospitality di Indonesia, khususnya di Bali, pascapandemi dan ke depannya. Tantangan pertama adalah kompetisi dengan kompetitor-kompetitor seperti Thailand.

Kemudian, kebijakan-kebijakan pemerintah seperti fasilitasi perjalanan. Pemerintah masih memberlakukan kebijakan visa on arrival (VoA) bagi banyak negara. Fasilitas bebas visa belum diberikan sebanyak sebelum pandemi.

Peraturan penerbangan dan harga tiket pesawat ke Indonesia merupakan tantangan yang belum sepenuhnya diatasi. Harga tiket penerbangan ke Indonesia maupun antardestinasi di rute domestik jauh lebih tinggi daripada harga-harga tiket pesawat ke negara-negara kompetitor.

‘’Agar tiket pesawat terjangkau, tidak bisakah diberikan subsidi? Berbicara mengenai airlines, kita sangat tergantung dengan airlines dari luar negeri. National carrier kita Garuda Indonesia hanya terbang ke Belanda. Wisatawan dari Skandinavia perlu airlines ke Indonesia. Begitu pun dari Korea Selatan, Jepang dan lain-lain,’’ kata Gufron yang juga Chairman Aliansi Promosi Pariwisata Indonesia (APPI).

Melukat atau prosesi pembersihan diri menurut kepercayaan Hindu Bali merupakan salah satu pengalaman spiritual dan budaya yang ditawarkan dan difasilitasi di hotel-hotel di bawah Alpha Hotel Management. Pemangku setempat akan membimbing prosesinya. Ini merupakan pengalaman ‘once in lifetime’ bagi tamu-tamu. (Credit photo: Alpha Hotel Management)

Tidak ada lagi Revange Travel

ITB Berlin Convention 2024 mengungkapkan, tren ‘perjalanan balas dendam’ (revange travel) akan semakin menurun tahun ini. Tren revange travel dilakukan secara masif karena wisatawan membatalkan atau menunda perjalanannya akibat pandemi COVID-19.

Dengan menurunnya tren revange travel, perkembangan dan pola industri pariwisata diproyeksikan akan kembali normal seperti sebelum pandemi. Industri pariwisata diperkirakan baru akan sepenuhnya pulih pada tahun 2025

Tren perjalanan global tahun 2024 menunjukkan, 38 persen wisatawan berencana melakukan perjalanan wisata ‘once in a lifetime’, sekali seumur hidup.

Instagram tidak lagi menjadi media utama dalam mencari inspirasi perjalanan. Sebanyak 40 persen wisatawan global menyatakan, YouTube sebagai sumber inspirasi untuk berwisata. Kemudian 35 persennya terinspirasi dari informasi mulut-ke-mulut (word of mouth). Dan yang terinspirasi dari Instagram sebanyak 33 persen.

Dalam melakukan perencanaan mulai dari dreaming, planning, booking hingga payment, 77 persen wisatawan melakukannya secara digital. Telepon genggam menjadi alat utama wisatawan mencari destinasi (48%) dan melakukan pemesanan (40%). Aplikasi dipilih untuk mencari penerbangan (47%). Dan 22 persen wisatawan sudah menggunakan artificial intelligent atau chatbot dalam perencanaan wisata.   

Wisata kuliner semakin digemari. Mencicipi kuliner lokal di destinasi menempati posisi teratas (46%). Kemudian sightseeing atau melihat-lihat (42%). Dan berwisata di daerah pantai (40%).

Pasar asia yang semakin berkembang akan menjadi tren kunci dalam perjalanan global 2024. Wisatawan Asia juga akan datang dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Mereka pun akan lebih memilih untuk mengunjungi dan beraktivitas wisata di luar ruang seperti ke pantai hingga mengunjungi situs budaya dan sejarah.

Volume perjalanan internasional diprediksi terkerek naik karena sekitar 100 juta warga Tiongkok siap melakukan perjalanan wisata keluar negeri tahun ini. Mereka akan memilih perjalanan jauh (long haul). Dan pelesiran dengan kapal pesiar (cruise) menjadi pilihannya. ***(Yun Damayanti) 



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *